🍁--sembilan--🍁

30.2K 1.6K 17
                                    

Usai mendengar obrolan di dalam, pikiran Riko jadi kalut, dia bingung harus berbuat apa untuk mengakhiri penderitaan Zia. Riko juga turut menyalahkan dirinya sendiri atas peristiwa ini karena merasa gagal melindungi sang pujaan hati.

Kedua tangan Riko mengepal kuat, ingin sekali melampiaskan kemarahannya pada Ardan dan menghabisi pria itu sekarang juga. Tapi Riko tidak ingin memperumit masalah.

Riko berjalan menuju garasi, mencari mobil milik Ardan diantara mobil lainnya. "Bugh!" Satu pukulan berhasil menyentuh permukaan kaca mobil hingga retak.

Sekitar dua kali pukulan yang dilayangkan barulah kaca mobil pecah dan serpihan kacanya melukai tangan Riko.

Zia terlihat takut karena belum pernah melihat Riko semarah ini, tapi perlahan-lahan Zia berusaha mendekat dan memeluk Riko dari belakang.

Tubuh Riko mematung, belum lagi terdengar suara tangisan dibelakangnya. Sungguh memilukan.

Tuhan begitu jahat, kenapa harus Zia yang mengalami semua ini? Zia sudah cukup menderita dan penderitaan apa lagi yang harus diterimanya?

"Maaf, maaf, maaf."

Riko membalikkan tubuh, membawa Zia ke dalam dekapan dan menenangkan penuh kasih sayang. Tidak ada percakapan apa-apa lagi, mereka hanyut dalam tangisan masing-masing.

Cukup lama dalam posisi berpelukan, Zia mendongak untuk melihat wajah Riko. Sementara Riko hanya menatap lurus ke depan, seolah tidak ingin melihat Zia.

Hati Zia mencelos, "kak?"

"Kasih aku waktu, ya?" Riko menjauhkan tubuhnya, dia masih enggan menatap Zia. Tanpa ada ucapan apapun lagi, Riko menaiki motornya dan melesat pergi entah kemana.

"Kak Riko!!" Zia berusaha mengejar Riko namun Ardan lebih dulu menahannya.

Ardan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Zia dan adik sepupunya, tapi mereka terlihat seperti sepasang kekasih.

Jika benar begitu, Ardan sangat merasa bersalah pada banyak pihak. Karena ulahnya, dia berhasil melukai banyak hati dalam satu waktu.

🍁--anulika--🍁

Waktu ke waktu berlalu begitu cepat, tepatnya hari ini akan dilangsungkan pernikahan antara Zia dan Ardan di kediaman mempelai pria. Sesuai permintaan Zia, pernikahan ini hanya dihadiri oleh anggota keluarga Ardan saja dan bapak penghulu.

Hari ini hanya akan dilangsungkan akad nikah saja dan makan bersama sebagai syukuran kecil-kecilan, sesuai permintaan Zia juga.

Sebenarnya ini jauh sekali dari pesta pernikahan impian Zia, tapi dia tidak ingin mewujudkan mimpi itu dalam keadaan hamil di luar nikah. Zia tidak siap menjadi bahan gunjingan orang-orang, jadi biarlah melangsungkan akad nikah secara tertutup begini.

Zia berlalu pergi ke ruangan tempatnya dirias setelah ijab qobul selesai dilaksanakan, disana Zia menumpahkan segala kesedihannya seorang diri.

Zia belum siap menjadi seorang istri, apalagi seorang ibu. Masih banyak keinginan yang belum sempat terpenuhi dan ada impian yang harus pupus di tengah jalan.

Dunianya seperti berhenti berputar karena hari ini Zia sudah kehilangan banyak hal, termasuk cinta pertamanya.

Ruangan yang kini ditempati Zia merupakan sebuah kamar khusus bagi tamu, ketukan pintu dari luar tidak mengganggu kegiatan Zia barang sedikitpun.

Merasa berhak masuk, Ardan mulai membuka pintu dan berjalan menghampiri Zia. Sebelumnya Ardan sudah diberi banyak nasehat oleh kedua orangtuanya mengenai pernikahan, terutama tentang kebahagiaan Zia yang kini menjadi tanggungjawab utamanya.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now