🍁--lima puluh lima

7.7K 387 22
                                    

"Pada akhirnya, dia mendapat karma atas perbuatannya sendiri

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Pada akhirnya, dia mendapat karma atas perbuatannya sendiri."

- Riko Anggasta -
________________________________________

Keesokan harinya Zia dan Riko sudah rapi, bersiap untuk pergi menemui salah satu kenalannya. Lagi dan lagi mereka hanya pergi berdua dan menitipkan Galen pada mamanya Riko.

Butuh waktu sekitar satu jam untuk mereka sampai disana, Riko langsung memarkirkan mobilnya didekat mobil lain.

Keduanya berjalan beriringan tanpa obrolan, yang mereka lakukan hanya menatap lurus ke depan sembari bergandengan tangan.

"Dengan Pak Riko?" Tanya wanita paruh baya yang mengenakan pakaian serba putih.

"Iya, saya sendiri."

"Mari saya antar."

Tidak berapa lama Riko dan Zia sampai di tempat yang dituju, wanita tadi pun sudah berpamitan pergi. Sebelumnya beliau berpesan untuk tidak membuat keributan, karena hal itu akan menarik perhatian pasien lain.

"Itu?" Zia berucap lirih, menatap lekat seorang perempuan yang tengah memeluk lututnya tanpa beralaskan tikar ataupun semacamnya.

"Vina."

Lutut Zia seketika melemas, kalau saja Riko tidak sigap menahannya, perempuan itu akan terduduk mengenaskan di lantai.

Air mata Zia mengalir sangat deras, ia mati-matian menahan isakannya walaupun akhirnya gagal. Zia pikir setelah tiga tahun berlalu keadaan Vina akan membaik, namun dugaannya salah.

Vina justru terlihat semakin berbeda, kini tubuhnya sangat kurus dan tidak terurus. Kamar yang ditempatinya pun mengeluarkan bau tidak sedap. Tidak dapat dibayangkan bagaimana hari-hari perempuan itu selama ini.

Kehilangan keluarga, orang yang dicintai, dan juga anaknya yang baru saja lahir ke dunia. Pasti hatinya sangat hancur hingga kesehatan mentalnya terguncang dan berakhir di rumah sakit jiwa.

Tempat yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh Zia, begitupun dengan orang-orang yang mengenal Vina.

"Keadaannya semakin memburuk, kak." Tubuh Zia bergetar karena dirinya yang menangis.

Sedari tadi Riko mengusap punggung Zia, berharap dapat menenangkan perempuannya. Namun Zia tidak kunjung tenang, air matanya terus mengalir.

"Sstt," Riko membawa Zia ke dalam pelukannya.

"Kak."

"Kenapa, sayang?"

"Apa kita bisa bicara baik-baik sama kak Vina?"

"Aku gak yakin, tapi setelah kondisi kamu lebih tenang, kita coba pelan-pelan ya."

Sepuluh menit berlalu dan kini Zia sudah mulai tenang, Riko juga sudah memanggil beberapa petugas untuk memberinya petunjuk agar bisa berbicara dengan Vina.

Anulika [Hiatus]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin