🍁--sembilan belas

20.5K 1.2K 89
                                    

"Katanya jamkos, tapi kok ada guru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Katanya jamkos, tapi kok ada guru."

Setelah membaca pesan dari Riko, ia langsung mematikan ponselnya lalu memasukkannya ke saku celana.

Ia beranjak pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Pagi ini, Zia memasak nasi goreng. Nasi gorengnya sudah matang sejak tadi pagi, hanya saja sekarang sudah dingin. Ia berniat untuk menghangatkan kembali nasi goreng tersebut, agar rasanya lebih enak.

Saat sedang asik dengan kegiatannya, tiba-tiba saja ada sepasang tangan yang melingkar diperutnya.

"Wangi," ucap Ardan tepat disamping telinga Zia.

"Eh?" Zia menolehkan kepalanya untuk melihat wajah Ardan, kali ini jaraknya benar-benar sangat dekat.

Jantung Zia berdetak lebih kencang dari biasanya, ia merasa tidak nyaman dengan posisi saat ini.

Sikutnya berusaha mendorong Ardan agar pria itu segera menjauh, tapi usahanya gagal.

"Pak."

"Kenapa?"

"Bapak, tunggu di meja makan aja."

Ardan menggelengkan kepalanya.

"Gak mau."

Zia menghela nafas panjang, ia jadi tidak fokus lagi dengan kegiatannya. Untung saja hanya menghangatkan, jadi tidak perlu memilih bumbu lagi.

Sebisa mungkin ia berusaha tenang, meskipun saat ini jantungnya sedang maraton.

"Wangi," ucap Ardan untuk kedua kalinya.

"Iya, soalnya tadi Zia tambahin bumbu racik."

"Bukan itu."

"Terus apa?" Zia mengernyit bingung, ia pikir suaminya ini sedang memuji hasil masakannya.

"Rambut kamu wangi, saya suka."

Lima kata satu kalimat yang berhasil membuat Zia diam seperti patung, pipinya merona karena malu. Ia langsung mematikan kompor dan berusaha membalikkan badannya agar berhadapan dengan Ardan. Tapi, lagi dan lagi usahanya gagal.

Ardan tidak memberikan kesempatan Zia untuk melepaskan dirinya. Karena mulai sekarang, menjahili Zia sudah menjadi hobinya.

"Pagiiiiii semu--," seperti biasa tamu tidak tahu diri itu selalu seenaknya keluar masuk apartemen Ardan.

Hm, betul dia adalah Yuda. Ia menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangan, seolah terkejut melihat adegan yang ditayangkan dihadapannya.

Ardan yang sudah tahu siapa pelakunya hanya diam saja, tidak berniat untuk melepaskan Zia.

"Pak, lepasin."

"Tidak," ucap Ardan. Rasanya sangat nyaman seperti ini, ditambah dengan ukuran tubuh Zia yang sangat pas didalam dekapannya.

Anulika [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang