🍁--empat puluh tiga

21.8K 1.1K 133
                                    

"Pengakuanmu terlambat, aku sudah terlanjur kecewa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pengakuanmu terlambat, aku sudah terlanjur kecewa."

-Frezia Anulika-
________________________________________

Beberapa menit yang lalu ada seorang dokter yang akan memeriksa perkembangan kesehatan Ardan, tapi karena pintunya dikunci, dokter tersebut cukup kesulitan menolong Ardan yang tengah meminta tolong sembari menahan Vina.

Beruntung saat itu ada petugas keamanan yang melintas dan membantu membukakan pintu menggunakan kunci serbaguna yang selalu dibawanya.

Setelah pintu terbuka, terlihatlah Vina yang terus memberontak minta dilepaskan. Akhirnya dokter itu memutuskan untuk mengambil suatu cairan, dan menyuntikkannya ke tubuh Vina. Seketika tubuh Vina ambruk dan langsung dibawa ke ruang bersalin.

Kini Ardan sendirian, merenungi semua perbuatannya. Ardan sungguh menyesal karena sudah mengkhianati Zia, perempuan baik yang selalu menyiapkan segala kebutuhannya di rumah. Ingin rasanya menemui Zia dan meminta maaf, tapi Ardan malu.

Ardan rasa kata maaf saja tidak cukup, ia harus melakukan hal yang lebih dari itu. Tapi bingung harus memulainya darimana.

Tidak lama kemudian Hera datang menghampiri, melihat putranya yang terlihat kacau membuatnya tidak tega. Karena sebesar apapun kesalahan Ardan, dia tetaplah anaknya. Hera sudah memaafkannya walaupun terasa berat, tapi tidak tahu dengan Zia.

Saat ini, perempuan itulah yang paling terluka dan kecewa. Jika Zia tidak memaafkan Ardan pun, Hera bisa memakluminya.

Hera juga mengetahui insiden yang terjadi barusan. Tadi setelah Vina masuk ke ruangan Ardan, Hera berputar arah tidak jadi pergi. Ia mendengar semua percakapan putranya dan Vina.

Perihal Vina yang berontak, Hera tidak mengetahuinya karena tadi sempat pergi sebentar ke toilet. Lalu saat akan kembali, ia berpapasan dengan beberapa perawat yang membawa Vina menuju suatu ruangan yang tidak diketahuinya.

"Vina kenapa?" Tanya Hera penasaran.

"Tadi dia berusaha nyakitin kandungannya, tapi sekarang udah ditangani dokter."

Ada perasaan tidak tega mendengarnya, sesama perempuan Hera bisa sedikit memahami perasaan Vina saat ini.

"Biarlah, kan sudah ditangani dokter. Itu juga, kenapa infusnya dilepas?"

"Tidak apa-apa."

Hera menatap jengah, gemas sendiri dengan kelakuan Ardan. "Ngomong sama kamu tuh berasa ngomong sama orang penting."

"Kenapa?"

"Iya gitu, pake bahasa baku. Padahal orang penting aja belum tentu kaya kamu."

Ardan menatap sekilas Hera yang selalu mengomentari ucapannya, berfikir sejenak lalu kepalanya mengangguk samar.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now