🍁--lima puluh empat

8.6K 682 63
                                    

"Bukan ini yang saya harapkan"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Bukan ini yang saya harapkan"

- Ardan Pradana -
________________________________________

Hari ke hari berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah tiga tahun lamanya Riko menjalani kehidupan bersama Zia.

Di hari yang cerah ini, Riko keluar dari tempat tinggalnya dengan setelan kaos putih dan jeans berwarna hitam. Koper berukuran sedang sudah berdiri tegak disampingnya, siap dibawa sang pemilik

Rasanya tidak rela meninggalkan tempat yang menjadi saksi kisahnya bersama Zia, tapi ini adalah jalan terbaik untuk mereka berdua.

"Papa!"

Riko menoleh ke sumber suara, ia berusaha menahan tawanya saat melihat wajah Galen dipenuhi bedak. Lalu matanya menatap Zia, perempuan itu melotot sebagai peringatan agar dirinya tidak tertawa.

"Sini, sayang."

Zia tersenyum manis menyambut kedatangan Riko, tapi senyumnya seketika pudar saat Riko mengambil alih Galen dari gendongannya.

"Galen, bukan kamu."

"Ish!" Zia mengerucutkan bibir, kesal karena merasa dipermainkan. Sebenarnya entah Zia yang terlalu percaya diri, atau Riko lah yang sengaja menjahilinya.

"Ulululu, sini." Riko menangkup pipi Zia menggunakan satu tangannya.

"Sana, jauh-jauh."

"Deketan aja suka kangen, apalagi kalau jauh, hm?"

"Dih, siapa juga yang kangen."

"Gak mau ngaku?"

"Gak!"

Riko membuka pintu mobil dan mendudukkan Galen di kursi belakang. Setelah itu, barulah Riko memasukkan koper Zia ke dalam bagasi.

Terakhir, Riko menghampiri Zia dan memeluknya penuh kasih tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Jangan marah, sayang."

Zia mendongak, menatap Riko yang lebih tinggi darinya. "Marahnya cuma bohongan ko," jawabnya santai.

Riko mencubit hidung Zia sampai perempuan itu memekik kesakitan, padahal cubitan yang diberikan Riko tidak seberapa kuat.

"Sakit, kak!"

"Nyubitnya cuma bohongan ko," Riko menirukan gaya bicara Zia membuat perempuan itu benar-benar kesal terhadapnya.

"Malesin banget," Zia memasuki mobil lebih dulu. Beberapa detik setelahnya, Riko menyusul dan bersiap pergi meninggalkan halaman rumah.

🍁--anulika--🍁

Riko meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal setelah melewati perjalanan yang cukup jauh, tapi ia juga bersyukur karena pada akhirnya bisa kembali ke rumah bersama perempuan yang dicintainya.

Anulika [Hiatus]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora