🍁--delapan belas

22.6K 1.1K 66
                                    

Bunyi alarm membangunkan Riko dari tidurnya, ia membuka mata perlahan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bunyi alarm membangunkan Riko dari tidurnya, ia membuka mata perlahan. Tangannya meraba-raba sekitar untuk mencari ponsel. Setelah ditemukan, Riko langsung menghidupkannya. Ia melihat jam diponsel yang menunjukkan pukul 05.30, kemudian ada tiga pesan baru yang belum dibaca.

Disana terlihat jelas nama mamanya yang memberitahukan kalau dirinya sedang di rumah sakit, menjenguk temannya.

Riko hanya membacanya saja, sekilas ia melihat profil Zia. Rupanya dia sudah bangun. Hm, mungkin sekarang dia sedang menyiapkan keperluan suaminya.

Ia meletakkan kembali ponselnya, matanya terpejam menikmati kenangan indah tentang Zia yang masih terekam jelas dipikirannya.

Seketika senyumnya pudar saat mengingat hari dimana ia mengetahui kehamilan Zia, dadanya terasa sesak. Namun, sekuat mungkin ia menahan agar air matanya tidak keluar.

Satu hal yang membuat hati Riko semakin sakit ketika melihat tatapan memohon dari Zia dihari pernikahannya, dia seolah minta tolong untuk dibebaskan. Tapi Riko tidak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa menenangkannya dan berusaha ikhlas.

"Gila," ucap Riko sambil mengacak rambutnya sendiri, kemudian pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya.

Kurang lebih lima belas menit Riko di kamar mandi, setelah selesai ia keluar dengan kaos putih polos dan handuk yang melilit dipinggangnya.

Ia segera memakai baju seragam sekolah, kemudian mengeringkan dan menyisir rambutnya yang basah karena habis keramas.

Selesai menyisir rambut, ia menatap intens wajahnya. Kantung matanya terlihat jelas karena akhir-akhir ini ia selalu tidur larut malam, bahkan ia baru bisa tidur setelah adzan subuh.

Pikirannya dipenuhi oleh Zia, sehingga ia tidak bisa tidur.

🍁--anulika--🍁

"Pak, bangun." Zia menepuk bahu Ardan beberapa kali, namun pria itu masih asik memejamkan matanya.

Tiga puluh menit, waktu yang dihabiskan Zia untuk membangunkan Ardan. Kini kesabarannya sudah habis terkuras, jadi lebih baik menonton televisi saja daripada terus menunggu Ardan membuka matanya.

Ia mulai menjauhkan lengannya dari bahu Ardan, tapi...

"Aduhh."

Ardan menarik lengan Zia dengan gerakan cepat, sehingga Zia berbaring disebelahnya.

"Mau kemana, hm?" Ardan bertanya dengan mata terpejam.

"Loh? Bapak, udah bangun?"

"Belum, saya masih tidur."

Zia mengangguk, beberapa detik kemudian matanya membulat sempurna. Sontak, ia langsung menjauhkan tubuhnya dari Ardan. Tapi ia tidak menyadari kalau dibelakangnya sudah tidak ada kasur, untung saja Ardan langsung menahan tubuhnya. Jadi, ia tidak jatuh ke lantai.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now