🍁--tiga puluh lima

16.7K 880 93
                                    

Bolehkah saya memilih keduanya?

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Bolehkah saya memilih keduanya?

-Ardan Pradana-
________________________________________

Sampai saat ini Ardan masih bingung dengan perasaannya, ia belum bisa menentukan pilihannya.

Sungguh Ardan tidak ingin berada dalam situasi seperti ini, dimana ia merasa nyaman dengan dua perempuan sekaligus.

"Perasaan kamu untuk Zia, udah tumbuh?" Vina berusaha menguatkan hatinya, ia harap perasaan itu tidak pernah tumbuh.

Tapi harapannya lenyap seketika saat Ardan mengangguk, "mungkin."

"Perasaan seperti apa?"

"Rasa nyaman."

"Jadi, kamu udah mulai nyaman sama kehadiran dia?"

Vina tersenyum tipis berusaha tegar meskipun air matanya sudah mengalir membasahi pipi. "Itu tandanya aku harus pergi, ya?"

"Enggak!" Ardan meninggikan suaranya, ia tidak suka mendengar perkataan Vina barusan.

"Oke, kamu pilih aku atau Zia?"

Ardan diam, ia bingung harus memilih siapa diantara mereka berdua.

"Atau mau dua-duanya?" Tanya Vina saat Ardan masih diam, tidak memberikan jawaban.

"Jangan egois, Ar. Kamu harus bisa menentukan pilihan kamu sekarang."

"Tapi aku gak bisa."

"Ya udah, biarin aku pergi."

"Aku gak akan biarin kamu pergi, sampai kapanpun."

Vina terkekeh sembari mengusap air matanya yang masih mengalir. Ia jadi bingung, dulu pria itu yang meyakinkannya untuk kembali tapi sekarang malah membuatnya ragu.

"Kalau aku bilang, aku nyaman sama kehadiran suami aku, gimana?"

"Gak, kamu gak boleh nyaman sama orang lain."

"Kamu egois, Ar." Tangisan Vina pecah, air matanya semakin mengalir deras. Ia tidak menyangka semuanya terjadi secepat ini.

Selama ini Vina selalu dihantui rasa bersalah karena sudah mengkhianati dua orang sekaligus. Tidak terbayang bagaimana jadinya kalau Zia tahu orang yang dianggapnya sebagai seorang kakak malah mengkhianatinya.

"Jangan nangis, nanti baby-nya sedih."

Vina menepis tangan Ardan yang berusaha menghapus air matanya. "Jangan pikirin anak aku, pikirin aja anak kamu."

"Anak aku? Anak yang mana?"

"Anak dikandungan Zia."

"Dia bukan anak aku." Ucap Ardan santai, membuat emosi Vina terpancing.

Anulika [Hiatus]Kde žijí příběhy. Začni objevovat