🍁--dua belas--🍁

25.2K 1.4K 6
                                    

Setelah drama kepergian Yuda berakhir, Ardan memutuskan untuk pergi ke cafe dan memastikan keadaan disana baik-baik saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah drama kepergian Yuda berakhir, Ardan memutuskan untuk pergi ke cafe dan memastikan keadaan disana baik-baik saja. Dia hanya perlu berganti pakaian saja karena sebelumnya sudah mandi, maka tidak berapa lama pria itu turun ke lantai bawah dan mengabaikan Zia yang berdiri dekat tangga.

"Pak," kata Zia menghentikan langkah kaki suaminya.

"Ada apa?"

"Zia mau izin pergi ke kostan lama."

"Untuk apa?"

"Untuk mengambil perlengkapan sekolah," besar harapan Zia agar diizinkan keluar. Walaupun Ardan tidak begitu peduli dengan kehidupan pribadinya, paling tidak Zia bisa menghargai Ardan sebagai suaminya. Oleh karena itu pagi ini setelah berbincang dengan Nadira melalui telepon, Zia berinisiatif untuk meminta izin ke kostan.

Ardan menghampiri Zia, "kamu masih ingin sekolah?"

Tentu saja Zia mengangguk antusias, dia sangat tidak sabar ingin pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu dan bertemu teman-temannya.

"Kalau gitu, kenapa tidak kamu gugurkan saja anak itu?" Ahh, jahat sekali pria ini. Ardan benar-benar sudah berubah 180° setelah terlibat permasalahan rumit dengan Zia, kini kepribadiannya menjadi jahat dan egois.

Zia tertegun mendengarnya, perkataan Ardan sungguh jauh sekali dari yang dia harapkan. "Enteng banget ya pak bilang gitu ke Zia? Padahal ini darah daging bapak lho, setega itu kah?"

"Saya hanya memberi solusi, jika kamu ingin meneruskan sekolah maka gugurkanlah anak itu."

"Zia gak bisa bunuh anak ini, pak."

"Kalau gitu jangan pernah berharap lagi kamu bisa sekolah," Ardan pergi meninggalkan Zia yang termenung.

Setelah Ardan pergi, ponsel Zia berdering menandakan sebuah panggilan masuk dari seseorang.

📞...Nadira

"ZIAAAAA, lu dimana?"

Zia terlonjak kaget dan langsung menjauhkan ponsel dari telinganya yang berdengung.

"Harus banget teriak, Nad?"

"Enggak sih, gue di depan kostan nih. Lu lagi dimana? Kok sepi banget."

"Lho, mau ngapain?"

"Mau ketemu lu, kangen banget gue."

"Tunggu ya, Zia lagi diluar. Bentar lagi kesana."

"Siap, awas jangan lama."

Sambungan telepon dimatikan oleh Nadira, sementara itu Zia segera pergi ke kamar untuk bersiap-siap. "Aduhh, harus bilang apa coba nanti." Keluh Zia karena dia belum menyiapkan alasan apapun.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now