🍁--tujuh--🍁

32.8K 1.8K 41
                                    

Berita mengenai kehamilannya membuat Zia kesulitan tidur, banyak sekali pikiran yang bersarang di kepala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berita mengenai kehamilannya membuat Zia kesulitan tidur, banyak sekali pikiran yang bersarang di kepala. Sebelumnya Zia sempat tidur kurang lebih satu jam, kemudian terbangun karena merasa gelisah. Sebagai pengalihan pikiran, Zia mencoba mengambil novel dan membacanya.

Semakin lama Zia semakin bosan, terlebih dia sudah membacanya berulang kali. Zia meraih ponselnya yang bergetar cukup lama, menandakan panggilan masuk. Dengan sedikit ragu ibu jarinya menggeser tombol hijau dan diam beberapa saat, menunggu sang penelepon berbicara lebih dulu.

📞...+6200099988888

"Malam."

"Malam kembali, ini siapa?"

"Saya Ardan."

Zia diam cukup lama, mengabaikan suara Ardan yang terus memanggilnya.

"Ada apa?"

"Besok temui saya di cafe!"

"Gak bisa, saya mau resign."

"Saya tidak mengizinkanmu."

"Saya gak butuh izin anda."

Decakan Ardan terdengar jelas oleh Zia, masa bodoh jika pria itu menganggapnya tidak sopan. Yang jelas, Zia tidak ingin berurusan lagi dengannya.

Sambungan telepon dimatikan secara sepihak oleh Zia, dia juga sengaja mematikan ponselnya untuk menghindari Ardan. Pembicaraan terakhir kali sudah cukup menjelaskan bagaimana sifat Ardan yang sesungguhnya, sangat kasar dan tidak bertanggungjawab.

Kalau boleh jujur, Zia bingung terhadap dirinya sendiri. Dia ingin Ardan memberikan solusi untuknya, tapi Zia tidak ingin menemuinya.

Zia beranjak bangun menghampiri rok sekolah yang tergantung di belakang pintu kamar mandi, tangannya merogoh ke dalam guna mencari alat tes kehamilan.

Tangan Zia tidak merasakan ada benda apapun didalam sana, bahkan sampai saku rok dikeluarkan pun benda itu tetap tidak ditemukan. Kemana perginya?

Helaan nafas panjang menggambarkan betapa lelahnya Zia akhir-akhir ini karena banyak sekali peristiwa mengejutkan yang datang menghampiri. Zia sampai lelah sendiri memikirkan jalan keluarnya, ngomong-ngomong dia belum berani bercerita pada Nadira maupun Riko.

Zia masih menunggu waktu yang tepat, sampai waktunya tiba nanti Zia sendirilah yang akan mendatangi mereka dan menceritakan semuanya.

"Jangan khawatir, kita pasti bisa lewatin ini bersama-sama." Tangannya mengelus lembut area perut. Sebenci apapun pada Ardan, janin ini tetaplah tidak bersalah.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now