🍁--lima--🍁

34.9K 2K 9
                                    

Kesehatan Zia berangsur membaik walaupun wajahnya masih terlihat pucat, tapi kepalanya sudah tidak terlalu pusing seperti tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kesehatan Zia berangsur membaik walaupun wajahnya masih terlihat pucat, tapi kepalanya sudah tidak terlalu pusing seperti tadi. Mulai hari ini juga Zia akan membatasi aktivitasnya supaya tidak kelelahan dan kejadian seperti tadi tidak terulang kembali.

Selesai membersihkan meja, Zia berpamitan pada Risa untuk pergi ke toilet karena tiba-tiba saja terasa mual. Saat memuntahkan isi perutnya hanya ada cairan bening yang keluar, Zia tidak tahu apakah rasa mual kehamilan seperti ini atau gara-gara dirinya yang belum sempat makan.

Setelah dirasa cukup baik Zia pun keluar dari toilet dan berniat melanjutkan kembali pekerjaannya, namun karena dia berjalan sambil menunduk sehingga tidak menyadari keberadaan orang didepannya yang menyebabkan keduanya bertabrakan.

"Kalau jalan itu lihat-lihat!"

Orang itu seenaknya menasehati Zia, padahal dia saja berjalan sambil bermain ponsel dan tidak melihat sekitar. Melihat gerak-geriknya yang akan pergi, Zia memberanikan diri untuk menahan pria itu yang tidak lain adalah atasannya.

"Pak, saya ingin bicara."

"Silahkan, saya hanya punya waktu sedikit."

"Bukan disini," Zia tidak ingin ada orang lain yang mendengar percakapannya nanti, apalagi ini adalah pembahasan yang sensitif.

Ardan berjalan lebih dulu, "ke ruangan saya sekarang." Zia mengekorinya, sesekali dia melihat karyawan lain yang menatapnya tidak suka secara terang-terangan. Bukan tanpa alasan, karena mereka berfikir kalau Zia ini perempuan gatal yang berani menggoda kekasih orang lain.

"Apa yang mau kamu bicarakan?" Tanya Ardan setelah keduanya berada didalam ruangan, posisinya Ardan dan Zia duduk bersebrangan.

Perasaan gugup yang begitu kentara dapat dirasakan Zia, bahkan dia sendiri bingung harus memulai percakapan darimana. "Pak, saya hamil." Zia memilih untuk mengatakannya secara langsung sebelum Ardan memintanya keluar.

Tidak ada ekspresi terkejut dari wajahnya, "lalu?"

"Saya hanya tidur dengan bapak, itupun bisa dikatakan pemerkosaan."

"Jaga mulut kamu!"

Tiba-tiba saja keberanian Zia terkumpul dan hal ini akan dia manfaatkan untuk mendapat keadilan, "sebenarnya saya tidak membutuhkan tanggung jawab bapak, tapi saya butuh solusi untuk kedepannya. Saya masih sekolah dan karena kelakuan bapak, nasib saya jadi seperti ini."

"Apakah kamu pikir saya akan mengakui anak itu sebagai anak saya? Kalau memang iya, berarti itu hanya impianmu saja."

"Atas dasar apa bapak berkata seperti itu?"

Ardan menajamkan tatapannya untuk mematikan sang lawan bicara, "karena saya yakin kalau anak dalam kandungan kamu itu bukanlah keturunan saya."

Hari ini Zia dapat melihat secara jelas bagaimana kelakuan bejat dari atasannya sendiri, "sebegitu rendahnya kah saya dimata bapak?"

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now