🍁--empat puluh empat

23.5K 1.1K 134
                                    

"Semua ini salahku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Semua ini salahku."

-Ardan Pradana-
________________________________________

Ardan memilih keluar untuk menemui dokter, ketimbang berada dalam satu ruangan dengan dua orang yang tidak menganggap kehadirannya.

Tujuan Ardan menemui dokter untuk meminta izin agar dirinya diperbolehkan pulang hari ini. Setelah mendapat izin, Ardan pergi meninggalkan rumah sakit menuju rumahnya dengan menaiki taksi.

Sesampainya di rumah, Ardan membuka pintu dan berjalan melewati dapur. Kakinya berhenti melangkah, menatap kosong meja makan yang selalu dipenuhi berbagai macam masakan. Aroma dapur pun hari ini terkesan hambar, tidak ada harum masakan Zia.

Ardan menggeleng, lalu melanjutkan kembali langkahnya yang sempat tertunda. Kini tujuannya adalah kamar, Ardan tidak sabar ingin mandi dan beristirahat di kasur miliknya.

Saat pintu kamar terbuka, Ardan melihat bingkai foto besar sewaktu menikah dengan Zia. Matanya menatap foto itu beberapa saat sembari tersenyum. Tapi detik berikutnya, Ardan menepuk bibirnya sendiri menggunakan tangan.

"Gua kenapa?" Tanyanya pada diri sendiri.

Ardan mengedikkan bahu, lalu pergi ke kamar mandi. Dua puluh menit kemudian, Ardan keluar dengan rambut basah sehabis keramas.

Rambutnya dikeringkan terlebih dahulu dan dirapihkan menggunakan sisir, tapi setelah itu Ardan malah mengacaknya hingga berantakan.

Selesai mengurus rambut, Ardan turun ke bawah sembari membawa ponsel untuk memesan makanan.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mencari makanan yang diinginkannya, setelah itu Ardan langsung memesannya dan menyiapkan peralatan makan yang akan digunakan.

Kurang lebih sepuluh menit, seorang kurir tiba dirumahnya. "Selamat siang, pak."

"Siang," balas Ardan seadanya, lalu menerima makanan yang diberikan kurir tersebut.

Setelah menerima makanan yang dipesannya, Ardan pergi ke dapur dan memindahkan sup ke dalam mangkuk.

Ardan menikmati makan siangnya seorang diri. Sebenarnya sejak pindah ke rumah yang saat ini ditempatinya, Ardan tidak terbiasa makan sendirian. Karena biasanya ditemani Zia, entah perempuan itu ikut makan ataupun tidak.

Selesai makan, Ardan mencuci peralatan yang sudah digunakannya lalu diletakkan di rak dekat wastafel. Perutnya sudah terisi penuh sekarang, bahkan Ardan merasa kalau dirinya kekenyangan.

Tapi tunggu, bagaimana bisa Ardan makan dengan lahap disaat ia banyak pikiran? Tentu saja bisa, karena selama makan tadi, Ardan terus membayangkan Zia.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now