🍁--tiga puluh tiga

15.3K 842 63
                                    

Senang, perasaan yang aku rasakan saat melihatmu tersenyum-Riko Anggasta-________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Senang, perasaan yang aku rasakan saat melihatmu tersenyum
-Riko Anggasta-
________________________________________

Riko menghentikan mobilnya didepan rumah yang menjadi tempat berkumpulnya Riko dan temannya.

Suara kegaduhan dari dalam sana sangat terdengar jelas, membuat Zia enggan keluar mobil. Ia malu kalau berkunjung ke rumah ini dengan keadaan menangis, seperti beberapa hari yang lalu.

"Zia mau pulang aja, kak."

"Kenapa?"

"Didalem kaya nya rame, Zia malu."

Riko terkekeh dan mengacak pelan puncak kepala Zia, "kamu kan udah kenal mereka, udah sering main bareng juga dulu. Masa masih malu?"

"Tapi, kak."

"Gak ada tapi, ayo sekarang kita keluar."

Pintu mobil dibuka oleh Riko lalu ia keluar, beralih membukakan pintu untuk Zia.

Setelah Zia keluar, Riko menggenggam tangannya dan berjalan menuju pintu rumah tersebut.

Ternyata pintu rumahnya terbuka, sehingga terlihat sekali banyak orang disana.

"Assalamualaikum." Riko berjalan menuju teman-temannya yang belum menyadari kehadirannya karena terlalu asik bercanda.

Semua orang disana menoleh, seketika suasana pun menjadi hening. Tak lama, mereka semua tersenyum saat melihat Zia yang sudah dianggap sebagai adik hadir kembali ditengah-tengah mereka.

"Waalaikumsalam," jawabnya serentak lalu berjalan tergesa-gesa menghampiri Zia yang sedari tadi menunduk.

"Hai, Zi." Sapa mereka semua sembari berdiri mengelilingi Zia.

Zia mendongak, ia sedikit terkejut melihat dirinya yang dikepung banyak laki-laki. Pantas saja udaranya tiba-tiba terasa pengap.

"Umm, hai."

Mereka terkekeh geli karena suara Zia terdengar gugup, "gak usah gugup gitu, santai aja." Ucap Eraf, teman seangkatan Riko.

Disini, Eraf adalah orang yang paling menyangi Zia setelah Riko. Laki-laki itu sudah menganggap Zia layaknya seorang adik yang harus selalu dijaga. Namun, kemarin ia lengah menjaganya hingga suatu kecelakaan menimpa Zia.

"Iya, kak."

Eraf mengangguk lalu tatapannya beralih pada Riko, "bawa ke kamar aja, Rik. Biar Zia bisa istirahat, tapi inget pintu kamarnya jangan ditutup."

"Yahh, baru juga kita ketemu Zia."

"Zia lagi cape, kalau mau ngobrol nanti aja." Eraf menatap satu persatu temannya, memberikan pengertian bahwa Zia sedang tidak baik-baik saja.

Mereka pun mengangguk lalu berjalan menuju tempatnya masing-masing seperti tadi.

"Gua ke atas dulu." Riko menggandeng kembali tangan Zia.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now