🍁--tiga puluh tujuh

17K 1K 54
                                    

Bertahanlah, sampai kebahagiaan datang menghampirimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bertahanlah, sampai kebahagiaan datang menghampirimu.

-Riko Anggasta-
________________________________________

Riko menundukkan kepalanya untuk melihat betis Zia, ternyata darah masih mengalir deras disana. Perasaannya saat ini benar-benar kacau, Riko takut terjadi sesuatu dengan Zia.

Bahkan Riko rela bersimpuh didepan Ardan sembari menangis dengan posisi menggendong Zia agar pria itu mengerti dengan keadaan Zia saat ini. "Gua mohon, kali ini aja, tolong jangan egois." Ucapnya lirih, ia sudah tidak tahan lagi melihat banyaknya darah yang mengalir mengenai tangannya.

Sayangnya Ardan masih enggan bergeser, sungguh pria itu sangat keras kepala.

Akhirnya Yuda dan Edwin berjalan menghampiri mereka, dengan sekuat tenaga Yuda menarik kerah kemeja Ardan dan memukul rahangnya hingga tersungkur ke lantai.

Setelah itu barulah Edwin membukakan pintu untuk memudahkan Riko.

"Minta kunci mobilnya ke bang Yuda, gua duluan ke bawah."

Edwin mengangguk kemudian masuk kembali ke dalam untuk mengambil kunci mobil dan membawa Nadira pergi dari sana.

Saat diperjalanan menuju rumah sakit Riko tidak henti-hentinya berdoa agar Zia baik-baik saja, sesekali Riko juga mengusap air matanya menggunakan punggung tangan. "Lebih cepat lagi, Win."

"Siap." Edwin mempercepat laju mobilnya, akan tetapi harus berhenti sejenak karena lampu merah. Ia melirik  Nadira sekilas, ternyata perempuan itu masih menangis sembari menatap telapak tangannya yang terkena noda darah.

"Nih, bersihin dulu tangannya."

Nadira menoleh lalu menerima tisu basah yang diberikan Edwin, "makasih."

"Iya, jangan nangis lagi." Edwin  mengusap puncak kepala Nadira, lalu melajukan kembali mobilnya karena lampu didepan sana sudah berubah menjadi hijau.

Sesampainya di rumah sakit, Edwin langsung mencari keberadaan perawat dan memintanya untuk menghampiri Riko.

Riko yang sudah berdiri diluar mobil pun langsung meletakkan Zia diatas brankar dan mengikutinya dari belakang.

Langkahnya terhenti saat Zia dibawa masuk ke dalam suatu ruangan, dan  didepan ruangan itulah Riko terduduk dilantai dengan punggung yang bersandar pada tembok, tatapannya kosong dengan air mata yang masih mengalir.

Edwin memberikan air mineral yang dibelinya di kantin rumah sakit, "minum dulu biar lebih tenang." Ucapnya namun tidak mendapat sahutan dari Riko, ia berdecak kesal lalu jongkok dan menepuk bahu Riko untuk menyadarkannya.

Riko menunduk menghapus air matanya sebelum menoleh, "kenapa?"

"Ini minum dulu biar lebih tenang. Lu kaya gini juga gak ada gunanya, mending sekarang bersih-bersih abis itu shalat dzuhur."

Anulika [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang