🍁--empat puluh satu

20.4K 1K 108
                                    

"Siapapun orangnya, mereka tidak berhak merendahkanmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Siapapun orangnya, mereka tidak berhak merendahkanmu."

-Riko Anggasta-
________________________________________

Setelah berlari cukup jauh, Vina melihat Doni menaiki taksi dan berlalu pergi meninggalkan kawasan rumah sakit. Ingin mengejar pun percuma, yang ada dirinya kelelahan dan bisa berdampak buruk untuk kandungannya.

Vina memutuskan untuk masuk kembali, ia harus menemui Zia dan memberinya pelajaran karena sudah berani bermain-main dengannya.

Lagipula ini kesempatan yang bagus, mengingat semua orang kini sedang berkumpul di ruangan Ardan. Jadi tidak ada yang menemani Zia dan itu akan memudahkan rencananya.

Vina membuka pintu perlahan agar tidak menimbulkan suara, setelah pintu terbuka tatapannya langsung terkunci pada Zia yang baru saja menidurkan anaknya ke dalam box bayi.

Tidak lupa Vina juga melepas flat shoes yang dipakainya, lalu berjalan mengendap mendekati Zia. Hingga Vina berdiri tepat dibelakang Zia, perempuan itu belum menyadari kehadirannya.

Yang ditunggu-tunggu pun tiba, kini Zia berbalik badan dan Vina langsung mencekiknya hingga Zia terbatuk.

"Nah, dapat." Ucapnya sembari tersenyum puas, Vina juga menekan kukunya semakin dalam, tidak memberikan jeda untuk Zia bernafas.

Cukup lama Vina menikmati ekspresi Zia yang sangat tersiksa, selama itu juga Vina mempertahankan senyumannya.

Vina memang tersenyum, tapi siapa sangka jika kini hatinya terasa sakit mengingat keadaan Ardan dan suaminya yang sudah pergi meninggalkannya.

Dan untuk semua hal ini Vina menyalahkan Zia sepenuhnya, karena semenjak kehadiran Zia, hidupnya jadi berantakan. Bahkan mimpinya untuk hidup bahagia bersama Ardan tidak terwujud. Oh, ralat, bukan tidak terwujud tapi belum terwujud. Karena sebentar lagi, Ardan akan menjadi miliknya.

"Ini semua gara-gara lu, Zi. Gara-gara lu mimpi gua buat nikah sama Ardan hancur, gara-gara lu juga suami gua pergi. Tapi jangan khawatir, setelah melahirkan gua akan menikah sama Ardan." Ucap Vina dengan posisi sama seperti tadi, mencekik Zia.

Detik berikutnya Vina menatap sendu Zia, merasa kasihan dengan remaja didepannya ini yang sebentar lagi menyandang status janda. Tapi bukan itu yang ingin Vina katakan, saat ini Vina akan membongkar rahasia Zia selama ini.

"Gua tahu Zi kalau itu bukan anak Ardan, lu emang sengaja menjebaknya malam itu. Lagipula untuk apa malam-malam datang ke apartemen seorang pria, ah iya dulu kan Ardan bos lu di cafe. Jadi lu udah ngincer dia dari dulu, gua gak nyangka lu sepintar ini."

Zia memejamkan matanya, hatinya kembali sakit karena ucapan Vina. Kejadian malam itu bukanlah keinginannya, karena posisi Zia saat itu adalah korban.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now