🍁--enam belas--🍁

23.4K 1.3K 6
                                    

Pagi hari setelah menyelesaikan tugas sebagai ibu rumah tangga, Zia menaiki tangga untuk membangunkan Ardan di kamarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi hari setelah menyelesaikan tugas sebagai ibu rumah tangga, Zia menaiki tangga untuk membangunkan Ardan di kamarnya. Perlu waktu cukup lama sampai pintu kamar terbuka. "Kenapa?" Tanya Ardan saat melihat keberadaan Zia. Matanya melirik nampan berisi makanan dan air minum, "sarapan dulu yuk pak."

Ardan membuka pintu kamar dan menutup kembali setelah Zia berada di dalam. Kamar Ardan sangat berantakan, disana ada banyak sampah minuman kaleng, pecahan kaca, kulit kacang, dan beberapa foto polaroid di atas meja.

Zia menggeser polaroid ke tepi meja supaya ada tempat untuk meletakkan nampan yang dibawanya. "Makan dulu, abis itu Zia obatin luka-lukanya."

Di sekitaran tangan Ardan terdapat beberapa darah kering, sepertinya karena terkena pecahan kaca. Semalam hatinya terlalu sakit sampai berusaha untuk melenyapkan semua hal yang bersangkutan dengan Vina. Ardan memulai kegiatan sarapan pagi ini didampingi Zia di sampingnya.

Namun tiba-tiba Zia berdiri. "Mau kemana?" Tanya Ardan, dia ingin tahu kemana wanitanya akan pergi.

"Zia mau nyari kotak P3K dulu, bapak tunggu disini."

Talunjuk Ardan bergerak ke dekat ranjang, "kotaknya ada disana."

Zia pergi mengikuti petunjuk. Tangannya membuka laci satu persatu dan terlihatlah kotak putih berukuran sedang.

Makanan yang Zia bawa tadi sudah habis, sekarang saatnya mengobati luka Ardan. "Kalau perih langsung bilang aja ya, pak." Zia membuka kotak, mengeluarkan satu persatu peralatan yang sekiranya dibutuhkan.

Pertama-tama Zia membersihkan luka tersebut, mengobatinya, lalu menempelkan beberapa plester disana. Selama proses itu berlangsung, tidak terdengar sedikit ringisan pun dari mulut suaminya.

Ardan tersenyum pedih, terakhir kali yang mengobati lukanya adalah Vina. Dokter cantik yang selalu dia banggakan keahliannya.

Zia merapikan kembali peralatan tadi dan memasukkannya ke dalam kotak. Saat kakinya berdiri hendak melangkah, Ardan menarik tangannya membuat Zia terduduk dipangkuan pria itu. Awalnya Zia ingin menghindar namun Ardan sudah lebih dulu memeluknya, "sebentar saja."

Tangan Zia mengusap lembut rambut Ardan, suaminya sedang patah hati saat ini. Semakin lama berpelukan, Zia merasa ada yang membasahi bahunya. Zia berusaha menjauhkan wajah Ardan untuk memastikan, benar saja pria itu menangis. Suhu badannya juga panas.

"Pak, pindah ya ke kasur. Zia mau siapin obat sama kompresan dulu."

Ardan menolak, "begini saja."

"Sekali ini aja patuhi ucapan Zia."

"Baiklah," Ardan bersusah payah jalan ke kasurnya akibat rasa pusing.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now