🍁--tiga puluh sembilan

18.3K 1K 151
                                    

Dia suamiku, tapi hatinya bukan milikku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dia suamiku, tapi hatinya bukan milikku

-Frezia Anulika-
________________________________________

Tak lama setelah Yuda pergi, ada seorang perempuan menghampiri mereka. Vina bernafas lega, setidaknya masih ada orang di taman ini yang mau menghampirinya.

"Tolongin suami saya, bu." Dengan terpaksa Vina mengakui Ardan sebagai suaminya agar ibu-ibu ini tidak berpikir negatif tentangnya.

"Lho, mba, suaminya kenapa?"

"Dia pingsan, saya gak kuat bawa dia masuk ke dalam sendirian karena saya lagi hamil besar."

"Oalah, tunggu sebentar saya carikan dulu bantuan." Ibu-ibu itu pergi memasuki rumah sakit, saat melewati suatu lorong ada dua perawat yang tengah asik berbincang. "Mba, disana ada seorang pria pingsan dan sepertinya harus segera ditangani."

Dua perawat tersebut menghentikan kegiatannya lalu pergi untuk mengambil kursi roda, "maaf, bisa tunjukkan dimana orangnya?"

"Bisa bisa, ayo ikuti saya."

"Nah ini orangnya. Mba, ini perawat yang mau bantuin bawa suaminya ke dalam."

Vina menoleh sembari mengangguk, sebelum pergi ia juga mengucapkan terimakasih kepada perempuan itu karena sudah membantunya. "Terimakasih banyak, bu."

"Iya sama-sama, semoga suaminya cepat sembuh."

"Aamiin, saya permisi." Vina berjalan lebih cepat mengikuti dua perawat yang berada jauh didepannya.

Langkahnya terhenti kala Ardan dibawa masuk ke dalam UGD, kini Vina hanya bisa menunggunya di luar.

Saat ini ia sendirian, udara malam juga cukup dingin membuatnya menggigil. Ingin pulang pun tidak bisa karena dokter yang menangani Ardan belum memberikan informasi mengenai pria itu.

Vina rasa keluarga Ardan harus mengetahui keadaannya, tapi bagaimana cara memberitahunya?

Setelah lama berpikir akhirnya Vina memutuskan untuk pergi menemui Zia, biar saja perempuan itu yang akan memberitahu keadaan Ardan pada keluarganya.

Sesampainya disana Vina langsung menerobos masuk karena keadaan kamar sedang sepi, hanya ada Zia dan anaknya yang sedang tidur.

"Zi?"

Suara Vina terdengar lirih tapi Zia dapat mendengarnya dengan jelas, tanpa menoleh saja Zia sudah tahu kalau itu suara Vina. Karena mereka sudah kenal cukup lama.

"Zia," ucap Vina untuk kedua kalinya.

"Ngapain kesini?"

"Aku mau minta tolong."

"Tolong?"

"Iya, sekali ini aja tolongin kakak."

Zia terkekeh tapi masih enggan menatap Vina, "saya tidak punya kakak."

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now