🍁--lima belas--🍁

25.1K 1.3K 17
                                    

Sudah dua peluh menit Zia menghabiskan waktu untuk memilih dress, kakinya berjalan kesana kemari mencoba mencocokkan warna dan model yang akan dikenakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah dua peluh menit Zia menghabiskan waktu untuk memilih dress, kakinya berjalan kesana kemari mencoba mencocokkan warna dan model yang akan dikenakan.

Tubuhnya berputar-putar didepan cermin sembari memegang dua dress berbeda warna, "yang satu terlalu cerah, satunya lagi terlalu gelap." Gumam Zia, lalu pergi menuju lemari lagi untuk mencari warna lain.

Tatapan matanya terpaku pada dress putih berlengan, panjangnya juga mencapai mata kaki. Zia rasa ini cocok. Bagian bahu sampai sikut akan tertutup kain, menyamarkan angin malam yang nanti menerpa kulit.

Tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama, Zia segera berganti pakaian dan menata rambut indahnya.

"Zia, masih lama?" Tanya Ardan dari luar kamar, entah pertanyaan yang keberapa kali pria itu ucapkan.

"Sebentar lagi, pak." Zia mengambil tas dan heels berwarna senada. Sebelum pergi Zia menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya.

"Zia udah selesai," ucap wanita itu seraya tersenyum manis. Ardan tidak menyangka istrinya akan tampil secantik ini, padahal dress yang dia gunakan sangatlah sederhana. Tanpa sadar Ardan tersenyum melihatnya.

Zia menatap bingung, "bapak kenapa? Kok senyum-senyum sendiri."

Kesadarannya sudah kembali, Ardan menggelengkan kepala merutuki kebodohannya. "Tidak. Mau berangkat kapan?"

"Sekarang aja yuk, takut acaranya keburu mulai."

"Ayo," Ardan mempersilahkan Zia agar jalan lebih dulu. Dilihat dari belakang pun rupanya Zia masih terlihat cantik. Awas saja, jangan sampai dirinya tergoda.

Di dalam mobil Ardan melihat ke arah Zia, memastikannya bahwa dia sudah memakai seat belt. "Ada apa?" Tanya Zia lagi saat merasakan gerak gerik Ardan yang aneh.

"Hanya memastikan itu," Ardan menunjuk seat belt yang sudah dipakai Zia.

"Sekarang hari apa?" Ardan bertanya disela-sela kegiatan menyetir.

"Hari rabu, pak."

"Pantas saja tidak macet." Yang dilewatinya sekarang adalah jalur utama menuju hotel, biasanya jalan ini dipadati oleh kendaraan tetapi sekarang malah terkesan sepi. Ada untungnya juga, karena mereka bisa sampai lebih cepat.

Di depan gedung hotel terdapat banyak karangan bunga, tapi Ardan tidak dapat melihatnya dengan jelas. Pencahayaan disana kurang ditambah lagi Ardan hanya melihatnya sekilas, jadi tidak sempat membaca nama mempelai.

"Wahhh, banyak banget karangan bunganya." Zia berucap senang. Sayang sekali dia tidak akan sempat berfoto disana, canggung juga jika meminta Ardan untuk memfoto dirinya.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now