🍁--empat puluh delapan

17.4K 1.1K 154
                                    

Happy 500k readers!!

Terimakasih banyak untuk semuanya, ini benar-benar diluar dugaan aku.

Aku harap kalian gak pernah bosan baca Anulika 🧡.
________________________________________

"Tolong katakan, bagaimana caranya mengembalikan mereka ke pelukan saya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tolong katakan, bagaimana caranya mengembalikan mereka ke pelukan saya?"

-Ardan Pradana-
________________________________________

Pagi harinya Vina terbangun saat seorang suster membawakan sarapan untuknya, ia menatap makanan itu tanpa minat sedikit pun.

"Pagi ibu, sekarang sudah waktunya sarapan. Mau saya bantu?" Tanya suster sembari tersenyum ramah.

"Sarapannya bawa lagi aja, saya gak selera makan."

"Tapi ibu harus minum obat, biar keadaannya cepat pulih."

"Saya gak butuh obat, saya cuma pengen Ardan datang kemari."

Suster yang diketahui bernama Nina itu mengerutkan alisnya bingung, "maaf, kalau boleh tahu, Ardan itu siapa?"

"Dia," Vina mengalihkan pandangannya menghindari tatapan Nina yang seolah ingin tahu siapa Ardan. "Dia suami saya," ucapnya terdengar gugup.

"Kalau begitu nanti saya bantu hubungi agar beliau datang kemari, tapi sebelumnya ibu harus sarapan dulu dan minum obat."

Vina tersenyum tipis, "makasih banyak suster."

"Sama-sama ibu Vina, mau saya bantu?"

"Tidak usah, saya bisa melakukannya sendiri."

"Baiklah, kalau begitu saya permisi."

Nina pun pergi meninggalkan Vina dengan rasa penasaran, pasalnya saat cek kandungan dulu. Nama suami yang tertera diberkas pendaftaran bukanlah Ardan, melainkan Doni.

Tapi Nina tidak terlalu memikirkannya, bisa saja dulu ia salah baca, kan?

"Selamat pagi sayang, ayo kita sarapan." Vina mengusap perut datarnya, seolah menyapa sesuatu didalam sana.

Entah sadar atau tidak, yang pasti pagi ini Vina bertingkah layaknya seorang perempuan yang sedang mengandung.

Tangannya tidak berhenti mengusap perut hingga sarapan yang disediakan itu habis, "anak mama sehat sehat ya didalam sana."

Setelah mengatakan itu Vina mengambil buah pisang yang disediakan diatas nakas, memakannya dengan perlahan seraya menikmati rasa manis buah tersebut yang menyapa indera pengecapnya.

Satu buah pisang sudah habis dimakannya, sekarang Vina ingin pergi keluar untuk menghirup udara pagi. Tapi ia merasa kesulitan jika melakukannya seorang diri.

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now