🍁--tiga puluh delapan

18.2K 1K 247
                                    

Berpisah adalah keputusan terbaik, karena saya tidak mencintaimu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berpisah adalah keputusan terbaik, karena saya tidak mencintaimu.

-Ardan Pradana-
________________________________________

Malam harinya Ardan berencana pergi ke rumah sakit untuk menemui Zia, ia tidak pergi sendiri karena ada Vina yang menemaninya.

Perempuan itu belum sempat pulang ke rumahnya, maka dari itu saat ini ia menggunakan pakaian Zia yang tertinggal di apartemen.

"Udah selesai?" Ardan memeluk Vina dari belakang dan memerhatikannya yang kini sedang memoles bibir menggunakan lip matte.

"Bentar lagi."

Ardan mengangguk, tangannya ia gunakan untuk mengusap perut Vina yang kini sudah membesar.

Setelah menyelesaikan kegiatannya Vina berbalik badan menghadap Ardan, pria itu langsung mengecup dahinya membuat ia tersipu malu.

"Sayang."

"Hm?"

"Aku langsung pulang aja, ya?"

"Kita kan mau ke rumah sakit dulu."

Vina menggeleng, saat ini ia belum siap untuk bertemu kembali dengan Zia. Karena rasa bersalahnya semakin besar setelah kejadian tadi, terlebih bisikkan Zia selalu terngiang di telinganya.

"Tapi aku belum siap ketemu Zia, rasa bersalah itu semakin besar sekarang."

"Kamu gak salah sayang, ayo kita pergi sekarang." Ardan menggenggam tangan Vina, akan tetapi Vina menahannya.

"Aku gak mau, anterin aku pulang."

"Kenapa? Karena rasa bersalah itu? Sini dengerin aku baik-baik, disini aku ataupun kamu itu gak salah. Kita hanya saling memperjuangkan cinta kita yang terhalang karena hadirnya Zia."

"Tapi sekarang kita udah punya pasangan masing-masing, dan gak seharusnya kita memperjuangkan itu lagi."

"Aku gak mau memperpanjang masalah ini, mending sekarang kita pergi ke rumah sakit."

Vina cukup penasaran dengan kekasihnya ini, karena sedari tadi Ardan mengajaknya ke rumah sakit meskipun Vina sudah menolaknya. "Tunggu bentar, sebenarnya tujuan kamu kesana buat apa?" 

"Buat mastiin Zia udah melahirkan atau belum." Jawabnya sembari menyelipkan rambut Vina ke belakang telinga.

"Kalau Zia udah melahirkan gimana?"

"Gak gimana-gimana sayang, itu malah lebih bagus. Nanti secepatnya aku urus surat perpisahan sama dia."

"Kamu yakin mau pisah sama dia?"

Ardan mengangguk mantap, ia sudah yakin dengan keputusannya karena ini adalah waktu yang sangat ia tunggu-tunggu sejak dulu. Dimana dirinya akan berpisah dengan Zia dan menikah bersama Vina. "Aku yakin sama keputusan ini, dan setelah resmi berpisah kita akan hidup bersama disini."

Anulika [Hiatus]Where stories live. Discover now