LUCAS AS [KEMBARAN]

32.3K 4.3K 865
                                    

"IH PULANG SAMA COWOOO!"

aku yang baru masuk rumah sontak berjengit hingga mundur beberapa langkah karena teriakan dengan suara berat milik lucas yang menyapa kepulanganku.

"kaget kampret," umpatku kesal.

lucas berjalan mendekatiku yang tengah membuka sepatu di dekat pintu utama, menatapku dengan tatapan menyelidik.

"anak sekolah kita tuh? ipa apa ips? cakep gak? roman-romannye orang kaya, kok dia bisa nganter lo pulang? dia naksir lo? apa cuma kasian doang lo kayak anak ilang gak ada yang jemput?"

aku mendecak lalu mendorong tubuh bongsornya yang semakin dekat denganku.

"kasian doang ngeliat gue kayak anak ilang, gak ada yang mau nebengin. ojek pribadi gue udah ada objek bucin, gue dilupain," jawabku setengah menyindir.

lucas tersenyum menggoda, jari telunjuknya mencolek daguku dengan jahilnya. "jadi adikku tercinta ini merasa kehilangan kakaknya?"

aku memutar bola mata malas lalu melangkah menuju kamarku yang berada di seberang kamar lucas.

"kita cuma beda tiga puluh menit, gak usah sok tua!" ucapku penuh kekesalan.

"setidaknya gue tiga puluh menit lebih dulu menghirup udara bumi daripada elo,"

lucas menjulurkan lidahnya, kemudian buru-buru masuk ke kamarnya ketika melihatku berniat melemparnya menggunakan remot tv yang ada di atas meja.

———

aku yang tengah rebahan di atas kasur, mengerang kesal ketika lucas tiba-tiba masuk ke kamarku dengan senyum konyolnya.

"apaan? cepet ngomong mau apa?!" aku melotot galak membuat lucas mengerucutkan bibirnya sok imut.

"mau ngobrol sama kembaran aja susah banget kayaknya, padahal dulu nempel banget kayak upil di bawah meja," ucap lucas dengan wajah sedih.

"perumpamaannya bisa lebih bagus dikit gak sih?" aku menutup novelku dengan kasar, kemudian beralih menatap lucas yang kini berbaring di sebelahku.

benar kata lucas, seiring berjalannya waktu aku dan lucas mulai sibuk dengan urusan masing-masing.

terlebih lagi lucas sudah memiliki pacar, yang mana waktunya untuk berinteraksi denganku akan semakin terbagi dengan pacarnya.

juga terkadang aku yang terlalu cuek, membuat lucas beberapa kali mengira aku sedang dalam mood yang tidak baik untuk diajak berbincang atau bercanda.

"ceritain cowok yang nganter lu tadi dong, 'kan gak mungkin gak ada angin gak ada ujan gak ada geledek gak ada petir—"

"kebanyakan asu."

lucas menyengir. "kan gak mungkin gak ada apa-apa, tiba-tiba dianterin pulang. pasti ada guling dibalik selimut."

"iya-iya, itu gebetan gue. udah seminggu pedekatean, tapi dia udah kuliah. perbandingan umurnya sama kita lumayan jauh."

lucas menarik kepalaku agar bersandar di lengan kekarnya. "it's okey, man. umur gak bakal jadi penghalang dalam hubungan!"

"umur itu cuma angka, yang penting cinta. love." lucas membuat simbol hati dengan wajah yang dilebih-lebihkan.

"kok bisa ya gue punya kembaran kayak lo, sifat sama otaknya jauh banget lagi. apa jangan-jangan sebenernya lo itu anak pungut?!" tudingku seraya menunjuk wajah lucas dengan jari telunjuk.

iseng, lucas menggigit jari telunjukku membuatku berteriak kesakitan. "SAKITTT!"

ia melotot sebal, "makanya gak usah ngomong macem-macem!"

tiba-tiba wajah lucas terlihat serius, ia mengeratkan rangkulannya di bahuku. "kalo dia nyakitin lo atau bikin lo nangis bilang sama gue ya."

aku mendengus, pasti mau drama. "kenapa harus ngomong sama lo?"

"soalnya kalo lo nangis mau gue ketawain, HAHAHAHAHAHAHA!" dasar sinting, apaan coba tiba-tiba ketawa sendiri kayak orang gila.

"gak, becanda. pokoknya kalo lo nangis gue pasti ada di samping lo. soalnya gue mau motoin muka jelek lo buat ditempel di mading sekolah."

bangsat.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang