JAEMIN AS [SAHABAT]

38.9K 4.3K 1.1K
                                    

"BEBIIII!" aku terkesiap ketika jaemin, sahabatku, berteriak dan merangkul bahuku dari belakang, membuat beberapa murid yang berada di sekitar kami menoleh dan menatap kami aneh.

hari ini adalah hari pertama pensi dilaksanakan, dan hampir semua murid berada di lapangan indoor untuk menyaksikan penampilan-penampilan menarik yang sudah di siapkan.

"tau gak, tau gak?" tanya jaemin dengan antusias, sahabatku itu bahkan sampai melompat kecil sangking senangnya.

"ada apa sih, jaem? kenapa heboh banget?" tanyaku gemas membuat jaemin berhenti melompat dan menatapku dengan tatapan berbinar.

"gua jadian sama ryujin, sahabat lo!" jaemin memekik senang, sementara aku hanya terdiam mematung.

jadian ya? :)

"ih, kok murung gitu?" menyadari raut wajahku yang berubah drastis jaemin langsung memajukan bibir bawahnya. "janji deh. walaupun udah bucin sama ujin, bebi aku tetep nomor dua."

aku terkekeh paksa, "nomor satu siapa?" tanyaku membuat jaemin mendengus geli. "masih tetep bunda airin dongggg."

"itu yang berduaan aja kayak lobang idung bisa minggir gak?" sindir haechan menggunakan mic di tangannya, hari ini dia menjadi mc spesial pensi.

jadi tak heran kenapa sikapnya sangat songong.

"yeu, sirik aja jomblo." jaemin mencibir lalu menarik pergelangan tanganku untuk duduk di tribun penonton.

"mari kita saksikan penampilan dari shin ryujin MIPA 3, tepuk tangannya mana temen-temen?"

semua orang yang berada di lapangan serentak bertepuk tangan, tak terkecuali jaemin yang terlihat sangat bangga ketika tahu kekasihnya ikut menyumbangkan bakatnya.

ryujin menyanyikan lagu thinking out loud milik ed sheeran dengan suara yang sangat merdu, juga dengan tatapan yang tak lepas dari jaemin.

jaemin membalas tatapan ryujin tak kalah dalam dan lembut, sementara aku yang melihat itu hanya tersenyum kecut

jaem, aku gak tau kamu memang beneran gak peka atau pura-pura gak peka.

tapi yang jelas, aku sayang sama kamu. jauh sebelum aku sahabatan sama ryujin dan jauh sebelum kamu kenalan sama dia.

aku larut dalam lamunanku hingga tanpa sadar dengan haechan dan jaemin yang terus memanggil-manggil namaku berulang kali.

"nah, sekarang kita sambut bebi gerlnya jaemin dari MIPA 5. yang ini gak usah di kasih tepuk tangan gak papa," ucap haechan membuatku mendelik sinis, sementara murid lain hanya tertawa tanpa dosa.

aku berjalan naik ke atas panggung, lalu mulai menyanyikan lagu yang benar-benar menyuarakan isi hatiku saat ini.

Everybody's laughing in my mind
Rumors spreading 'bout this other guy
Do you do what you did when you did with me

Does he love you the way I can
Did you forget all the plans that you made with me?
'Cause baby I didn't

aku melanjutkan nyanyianku, mengabaikan teman-temanku yang sepertinya kaget saat mendengar suara halusku.

"That should be me, holding your hand." iya, harusnya aku yang menggenggam tangan jaemin. bukan ryujin, bukan gadis lain.

"That should be me, making you laugh." harusnya hanya aku yang membuat jaemin tersenyum dan tertawa, dan lagi. bukan ryujin atau gadis lain.

"That should be me, this is so sad." sangat menyakitkan ketika melihat jaemin yang tengah berbincang bersama ryujin dengan senyum tulus yang dulu hanya ia tunjukkan padaku.

That should be me
That should be me

harusnya aku lebih berani untuk menyatakan perasaanku terlebih dahulu.

That should be me, feeling your kiss
That should be me, buying you gifts

tatapanku tak lepas dari jaemin, hingga tanpa sengaja ia menoleh ke arah panggung.

dan tepat saat itu juga netra kami saling bertatapan, jaemin dengan mata berbinar bahagia. dan aku dengan mata berbinar menahan tangis.

This is so wrong
I can't go on
Till you believe

That should be me
That should be me

aku langsung turun dari panggung dan berlari meninggalkan area sekolah membuat semua orang yang melihat itu langsung bertanya-tanya.

aku tau ini sangat memuakkan, tapi rasanya benar-benar menyakitkan ketika tahu lelaki yang aku cintai ternyata mencintai sahabatku.

"sesek.." aku berujar lirih seraya menepuk dada kiriku beberapa kali, berusaha mengusir rasa sesak yang memenuhi rongga dada.

tanpa melihat mobil yang melaju cepat dari arah berlawanan, dan detik setelahnya aku merasa tubuhku terpental lumayan jauh.

sakit, namun sepertinya ini lebih baik daripada harus melihat jaemin bersama sahabatku.

———

jaemin pov

aku refleks menepis tangan ryujin yang melingkar di lenganku ketika membaca pesan dari kak mark, kakak kandung baby. sahabatku.

"jaem? kenapa?" mataku memanas, siap menumpahkan air mata yang kini sudah menumpuk di pelupuknya.

"baby kecelakaan, aku harus ke sana sekarang." aku langsung berdiri, lalu memastikan semua barang-barangku tidak ada yang tertinggal dan berniat meninggalkan area sekolah yang masih sangat ramai.

sebelum ryujin mencekal pergelangan tanganku, "jenguknya gak bisa pulang sekolah aja?" tanyanya dengan wajah yang dibuat semelas mungkin.

rahangku mengeras, "maaf ryujin, tapi baby-ku lebih penting," ujarku sebelum akhirnya berlari meninggalkan area sekolah.

langkahku melambat ketika melihat mama—ibu kandung baby—dan kak mark yang menangis pilu di depan ruang operasi, sementara papa hanya mengusap wajahnya beberapa kali sarat akan frustasi.

pintu ruang operasi terbuka, membuatku langsung berjalan mendekat ke arah pria paruh baya itu.

papa, mama dan kak mark pun melakukan hal yang sama.

"maaf, kami sudah berusaha sebisa kami. namun Tuhan lebih berkehendak."

tubuhku mulai melemas, diikuti dengan air mata yang mengalir dari pelupuk mataku.

"pasien dinyatakan meninggal dunia pada pukul 19.42, kami semua turut berduka cita atas meninggalnya pasien." dokter itu membungkuk sebagai permintaan maaf lalu kembali masuk ke ruang operasi untuk mengurus jasad baby..

mama menangis meraung-raung di dekapan papa, sementara kak mark dan aku hanya menangis dalam diam.

semua salahku, kalau saja aku berani menyatakan perasaanku padanya dan tidak berusaha mengalihkan perasaan itu pada ryujin...

mungkin baby-ku masih ada di sampingku dengan senyum ceria dan pekikan riang seperti biasanya.

ya, aku tau.

aku tau kalau baby dan aku memiliki perasaan yang sama, namun kami sama-sama membesarkan ego masing-masing dan berakhir seperti ini.

aku menerobos masuk, dan dengan gilanya aku mengguncang tubuh kaku baby beberapa kali. berharap ia hanya berpura-pura dan tidak benar-benar meninggalkanku.

"BANGUN!" aku terisak pilu, rasa sesak memenuhi rongga dadaku membuatku sulit bernapas dengan baik.

"jangan tinggalin aku, aku sayang sama kamu. ayo bangun dan rajut kisah cinta yang indah untuk kita." aku meremas tangannya yang telah mendingin.

"BANGUN, AKU MOHON!" tubuhku bergetar hebat, seolah benar-benar tak menerima bahwa sahabat kecil serta gadis yang aku cintai pergi terlebih dulu.

"aku cinta kamu, aku mohon bangun..."


NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang