JAEHYUN AS [WAKETOS]

25.5K 3.8K 1.5K
                                    

aku menggenggam tangan mama erat, agar wanita kesayanganku itu tidak meninggalkanku sendirian di tempat yang berisi orang-orang yang tidak satupun aku kenal ini.

"udah sana, nanti malah ketinggalan tesnya," bujuk mama agar aku ikut bergabung bersama para gerombolan perempuan yang terlihat berbincang akrab.

"nanti duluuu, tunggu disuruh aja. adek takut," rengekku pelan.

hari ini adalah hari di mana aku harus melakukan tes agar dapat masuk ke salah satu sekolah swasta bergengsi di kotaku.

sejak aku masuk smp, papa melarangku untuk masuk ke sekolah negeri karena sistem zonasi yang menurutnya kurang efisien.

papa tidak mau anak-anaknya masuk sekolah tanpa usaha. apalagi ujian nasional sudah dihapuskan jadi otomatis jika ingin masuk negeri kami hanya bisa mengandalkan jarak rumah ke sekolah tersebut.

karena bahkan banyak anak yang menggunakan sistem nilai namun tetap terpental oleh anak-anak yang pindah kk atau memakai orang dalam.

dan papa jelas menentang hal itu. beliau tidak mau anak-anaknya masuk sekolah hanya dengan mengandalkan jarak rumah apalagi dengan uang sogokan.

"teruntuk calon siswa-siswi sma neo dengan sesi ujian 5, server 4 dimohon berbaris untuk mencuci tangan serta cek suhu tubuh." suara berat itu menggema di seluruh sisi sekolah besar ini.

"tuh udah dipanggil, adek server 4 juga, kan? sana baris sama temen-temennya. gak usah takut, kakak-kakak kelasnya baik-baik kok, tadi liat 'kan mama ngobrol sama salah satu anak osisnya?"

aku mengangguk pelan, kemudian mencium punggung tangan mama sebelum ikut berbaris dengan calon siswa-siswi sekolah ini dengan kaki bergetar.

sejak kecil aku memang tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan apalagi orang-orang baru. aku cenderung pendiam jika tidak ada yang mengajakku berbicara terlebih dahulu.

"haiii, nama kamu siapa? aku sonya, salam kenal ya." tiba-tiba seseorang yang berbaris di belakangku menepuk bahuku pelan.

aku menoleh, kemudian tersenyum kecil, "salam kenal juga," balasku ragu.

"nama kamu?" ia memiringkan sedikit kepalanya karena aku tak kunjung menyebutkan namaku.

"eh—"

"itu yang ngobrol berdua, ngobrolnya lanjut nanti lagi ya. cuci tangan sama cek suhu tubuh dulu sini." mendengar ucapan laki-laki yang memakai kaos osis itu, aku segera maju dan mencuci tanganku dengan terburu-buru.

"gak usah gugup, gurunya baik-baik kok. tesnya juga gak sesusah itu," ucap kakak osis yang berdiri di sebelah wastafel dengan kotak tisu di tangannya. wajahnya menunjukkan senyum ramah yang sedikit membuatku lebih tenang.

"m-makasih, kak," cicitku pelan.

setelah itu aku berdiri di depan kakak kelas perempuan yang memegang alat untuk mengecek suhu tubuh.

"sini-sini, jangan gemeter gitu ah. gue baik kok." dia tersenyum ramah sebelum mengarahkan alat itu ke dahiku.

"suhu tubuhnya normal ya, bisa langsung aja ke atas, tuh ikut kakak yang itu." dia menunjuk salah satu kakak osis yang berdiri membelakangiku.

"iya, makasih kak."

setelah itu aku melangkah menaiki tangga bersama beberapa teman seangkatanku, mengikuti kakak kelas yang tadi ditunjuk oleh kakak pengecek suhu.

"tesnya di ruangan ini, bebas milih komputer yang mana. duduknya kasih jarak satu kursi kosong. terus ke bapak itu dulu minta kartu tes peserta."

aku mengangguk lalu berjalan menuju pak ramdhan—nama yang tertulis di dada kirinya—untuk meminta kartu yang disebutkan kakak tadi.

NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang