TAEIL AS [DUDA]

51.8K 5.7K 830
                                    

"eh, maaf!" aku memekik kencang saat tak sengaja menabrak seorang gadis kecil yang aku kira berumur tujuh tahun.

"kamu gak papa?" tanyaku seraya membantunya berdiri, meringis pelan ketika melihat baju bagian belakangnya sedikit kotor.

aku berlutut seraya memegang lengannya, merasa bersalah.

"maaf yaa," sesalku seraya menepuk pakaiannya yang sedikit kotor, "kamu cari siapa?" tanyaku ramah, sebenarnya aku merasa sedikit heran, ini adalah perusahaan besar dan sangat jarang ada anak kecil yang berkunjung kemari.

"aku cari ayah." aku menggaruk tengkuk bingung, "nama kamu siapa?"

gadis kecil itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya, yang tentu saja ku balas dengan ramah, "keira moon."

"salam kenal, panggil aku tante aja ya." gadis kecil bernama keira itu tersenyum manis lalu mengangguk pelan yang membuatku langsung mengusap kepalanya gemas.

"tante bisa anter aku ke ruangan ayah?" aku mengangguk lalu menggandeng tangan mungilnya menuju ke arah lift.

"ayah kamu di lantai berapa?"

"lantai lima belas, tante." aku menelan ludah, lantai lima belas adalah lantai paling atas yang berarti hanya ada ruangan CEO disana.

jadi gadis kecil ini anak pak moon?!

yang benar saja, aku ingin menangis saat ini juga.

aku hanya karyawan biasa disini, dan aku sama sekali belum pernah berhadapan langsung dengan pak moon. aku hanya pernah mendengar namanya yang sesekali disebut oleh wendy dan irene.

dan yang ku dengar dari wendy dan irene, pria itu adalah seorang duda. yang aku tidak tahu adalah pria itu ternyata duda berekor satu.

dengan segera aku menekan tombol  dengan angka lima belas yang membuat lift itu langsung menuju ke lantai paling atas.

"keira baru pulang sekolah ya?" tanyaku yang di balas anggukan semangat oleh gadis kecil itu.

sangat menggemaskan.

aku penasaran seperti apa fisik pak moon sehingga berhasil menghasilkan gadis secantik dan semanis keira.

ting!

lift terbuka, dan langsung menunjukkan pintu bercat cokelat disana, "keira masuk aja ya kesana, tante harus balik kerja."

keira memajukan bibir bawahnya dengan tatapan memelas, "tante ikut masuk sama aku dong."

aku tersenyum canggung sebelum akhirnya mengangguk pasrah ketika melihat keira mulai mengeluarkan wajah menggemaskannya.

tok tok tok.

aku mengetuk pintu ruangan satu-satunya disana beberapa kali. lalu menunduk, melihat keira yang terlihat sangat antusias di sebelahku.

gadis kecil itu terus menggenggam tanganku erat, seakan tidak memperbolehkanku kembali ke ruanganku.

"masuk!" perlahan aku membuka pintu itu, dan berhasil menunjukkan ruangan yang di dominasi dengan warna abu-abu tua dan hitam.

"ayahhh!" keira langsung berlari menghampiri ayahnya yang berada di kursi kerjanya.

aku mengulum bibir.

WENDY, AKU BERANI BERSUMPAH PAK MOON GANTENG BANGETTTTT, jeritku dalam hati.

"kamu... siapa?" aku menggeleng pelan, sebelum menunduk sopan pada pemilik perusahaan tempatku bekerja itu.

"saya—"

"tadi yang anter aku sampe sini, tante itu ayah." pak moon mengalihkan tatapannya pada keira, lalu mengusap kepala gadis kecil itu penuh kasih sayang.

"kamu karyawan disini juga?" tanyanya yang membuatku mengangguk pelan, pria itu tersenyum. "saya moon taeil"

aku membungkuk sopan lalu tersenyum canggung seraya menggumamkan namaku.

"kalau begitu saya permisi." bisa ku lihat pak moon mengangguk, "dadah tantee!" aku membalas lambaian gadis kecil itu seraya tersenyum manis sebelum keluar dari ruangan pak moon.

"waw, ganteng banget," gumamku seraya memegang dada kiriku yang terasa sedikit sesak karena jantungku yang berdetak sangat cepat.

———

aku berjengit ketika merasa seseorang duduk di sebelahku. 

saat ini aku sedang makan siang di kantin perusahaan, sendirian. karena irene dan wendy sedang ada urusan dengan ketua divisi pemasaran, sedangkan aku tidak terlalu dekat dengan karyawan lain.

"kenapa melamun?" sebuah suara bariton yang berasal dari sebelahku membuat lamunanku langsung buyar, aku menoleh.

dan..

oh shit.

aku melotot ketika melihat pak moon-lah yang ternyata duduk di sebelahku, "selamat siang pak," sapaku seraya menunduk sopan pada pak moon.

"siang juga." ia terkekeh lalu kembali melahap makan siangnya, aku menggaruk tengkuk. merasa aura canggung yang sangat mendominasi meja tempatku dan pak moon.

"lanjut saja." aku menunduk lalu ikut melahap jatah makan siangku dengan tenang, walau sesekali melirik pria yang duduk disampingku itu.

aku gelagapan saat pria itu menoleh dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.

"kamu harus tanggung jawab." aku membelalak, memangnya apa yang sudah ku lakukan?!

"memangnya saya—"



"kamu bikin putri tunggal saya suka sama kamu, dan bikin ayahnya cinta sama kamu."

NCT AS | NCT OT23Where stories live. Discover now