WINWIN AS [WORKAHOLIC]

25.2K 3.5K 1.3K
                                    

"aku tau kamu kerja untuk nafkahin aku dan wina, tapi kayaknya kamu lupa kalo kewajiban seorang suami gak cuma nafkahin keluarganya tapi juga mencintai dan meluangkan waktu untuk keluarganya." 

mas winwin menyugar rambutnya frustasi. "sayang, please.." lirihnya memohon. 

"setiap bahas ini balasan kamu selalu, please, please, dan please. kamu terus mohon untuk aku ngertiin kamu, tapi gak sekali pun kamu ngertiin aku."

"mas, sekali ini aja. aku mohon, aku bener-bener mohon sama kamu, bahkan kalo kamu mau aku cium kaki kamu pun akan aku lakuin asal kamu mau nurutin aku kali ini aja. cuti sehari ya? luangin sedikit aja waktu kamu untuk wina." 

aku kembali berbicara saat melihat mas winwin akan menyela. 

"oke, 3 jam. cuma 3 jam. apa kamu bener-bener gak bisa?" 

mas winwin menghela napasnya. "gak bisa.. perusahaan butuh aku.. maaf, sayang." 

menundukkan kepala, aku mengeratkan kepalan tanganku geram. oke, kalau begitu sudah cukup, aku tidak akan mengemis apapun lagi padanya. 

beranjak dari ranjang, aku membuka laci meja nakas dan mengambil map cokelat dari dalam sana.

"kalau begitu, tolong tanda tangani ini." aku menyerahkan map cokelat itu ke hadapannya. 

"sayang!" bentaknya tak suka. 

"udah cukup, mas. aku udah capek ngemis-ngemis waktu kamu, kalo kamu pikir aku egois, kamu bahkan jauh lebih egois dari pada aku." 

"sayang, tapi ini bisa dibicarain baik-baik." mas winwin menggenggam tanganku, menatapku sayu. 

"baik-baik versi kamu itu gimana sih, mas? apa pernah selama ini aku ngomong dengan nada tinggi ke kamu?" ujarku lelah. 

"sayang, please..."

aku menghela napas. kalimat itu lagi..

"cukup, mas. udah cukup 6 tahun ini aku ngemis-ngemis waktu kamu, udah cukup aku ngeliat anakku yang setiap hari nangis nanyain ayahnya di mana, ayahnya ke mana, kenapa ayahnya selalu pergi sebelum dia bangun dan pulang setiap dia udah tidur." 

"ayah, ayah, dan selalu ayah yang dia bahas! aku, mas, aku, bahkan bundanya yang ngelahirin dan setiap hari sama dia, gak pernah dia sebut sesering itu. ayah... cuma ayah yang dia mau."

mas winwin mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang, kedua tangannya meremas rambutnya tanda frustasi. 

"mungkin udah jalannya begini, udah saatnya juga aku ngelepas kamu. jujur aku gak masalah kalo kamu gak peduli sama aku. tapi ini wina, mas. wina, darah daging kamu sendiri." 

———

kabar bahwa aku akan bercerai dengan mas winwin sudah sampai ke telinga mama dan mama mertuaku. 

kedua wanita paruh baya itu bahkan seperti kesetanan datang ke rumah kami dengan wajah panik. 

"sayang, pertimbangin semuanya dulu ya, jangan terlalu terburu-buru," pinta mama sambil menggenggam kedua tanganku erat. 

"keputusanku udah bulat, ma, maaf.." 

kini giliran mama mertuaku yang menggenggam kedua tanganku. 

"sayang, anak mama, maafin sikap winwin ya? mungkin karena didikan keras ayahnya waktu remaja, dia jadi gila kerja sampe sekarang." 

"jangan cerain dia ya? cuma kamu satu-satunya perempuan yang tahan sama winwin lebih dari 3 bulan," pinta mama mertuaku memelas. 

"nenek!" 

NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang