TEN AS [PEMBINA]

38.7K 4.7K 1.3K
                                    

"BISA SERIUS GAK? KALO EMANG GAK NIAT MAU IKUT EKSKUL DANCE GAK USAH IKUT-IKUTAN DEH!" aku menunduk ketika bentakan kasar keluar dari mulut kak ten, pembina ekskul modern dance.

"m-maaf kak." bisa ku dengar kak ten mendecak keras, "MINTA MAAF, TAPI DIULANGIN LAGI TUH UNTUK APA!?" chaeryeong yang berada di sebelahku langsung mengusap bahuku dengan lembut ketika isakan kecil mulai terdengar.

"DIGITUIN AJA NANGIS, MENTAL TEMPE BANGET DEH ANAK JAMAN SEKARANG!" kak ten melempar topi yang sedari tadi bertengger dikepalanya ke sembarang arah, sepertinya kali ini kak ten benar-benar kehilangan kendalinya.

"HERAN GUE TUH SAMA LO YA! KAKAK LO SI TAEYONG PERASAAN JAGO BANGET NGE-DANCE, KENAPA ADEKNYA MALAH BEGINI."

aku mengeratkan kepalan tanganku ketika kak ten mulai membanding-bandingkan aku dengan kak taeyong, kakak kandungku.

ucapan seperti itu sudah sering kali aku dengar, mulai dari nilai akademik kak taeyong yang memang selalu diatas rata-rata, juga visualnya yang tak main-main.

kemampuan rapp dan dance-nya juga tak perlu diragukan lagi, tapi apa pantas membandingkan seorang kakak dan adik yang jelas mempunyai kekurangan dan kelebihan yang berbeda?

menurutku orang yang suka membandingkan satu dengan yang lain itu sama, sama seperti sampah masyarakat.

"UDAHLAH-"

"saya ngundurin diri," finalku lalu melempar topi yang memang menjadi ciri khas ekskul modern dance ke sembarang arah, lantas merampas tas ranselku yang berada diujung ruang latihan dengan kasar.

tanpa memperdulikan puluhan pasang mata yang menatapku iba, serta sepasang mata yang sepertinya merasa bersalah.

---

aku berjalan memasuki rumah yang sudah aku tinggali sedari kecil itu dengan langkah malas, saat ini aku terlihat sangat kacau dengan mata sembab dan rambut acak-acakan.

"dek, lo kenapa?" kak taeyong dan beberapa temannya yang berada diruang tengah langsung menoleh setelah aku membanting pintu utama lumayan kencang.

"bukan urusan lo." aku menjawab dengan nada ketus, membuat kak taeyong langsung beranjak dan mendekatiku yang tengah berniat menaiki tangga.

"dek, lo kenapa?" kak taeyong menarik bahuku, membuatku langsung menghadap ke arahnya. tak lupa tatapan teman-temannya yang terarah pada kami.

"gua benci lo, taeyong." aku menepis lengan kak taeyong yang bertengger di kedua bahuku dengan kasar, lantas berlari ke arah kamarku yang berada dilantai dua.

"DEK!" aku masih dapat mendengar teriakannya yang terdengar sangat frustasi, ketika mendapati sikapku yang sangat aneh malam ini.

sementara aku langsung mengunci pintu kamar, dan duduk dipinggir ranjangku seraya menatap cermin meja riasku dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tanpa sadar aku mulai berjalan ke depan cermin tersebut, mengusap wajahku yang terpantul disana dengan senyum miris yang terukir dibibirku.

"AGHHH!" tanpa berfikir panjang, aku memukul cermin dihadapanku. dan membuat cermin itu hancur begitu saja diikuti dengan darah yang mengalir deras dari tanganku.

aku memejamkan kedua mataku ketika rasa pening mulai menyerang kepalaku, dan yang aku dengar sebelum benar-benar kehilangan kesadaran adalah suara teriakan kak taeyong yang terdengar sangat khawatir.

NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang