KUN AS [TUNANGAN]

38.3K 4.1K 896
                                    

aku tersenyum tipis ketika melihat banyaknya gadis berseragam abu-abu yang tengah menggoda kun, tunanganku sekaligus pemilik cafe yang berada di seberang kampus ternama.

ten, salah satu sahabat kun yang merangkap menjadi karyawan di cafe ini menyadari keberadaanku, dan langsung berjalan menghampiriku.

siang ini cafe lumayan ramai dan ten malah asik bersandar di sebelahku, ikut menyaksikan gadis-gadis sma yang tengah berusaha menarik perhatian kun.

"mas kun, tau gak kenapa kopi itu pahit?" tanya salah satu dari mereka dengan antusias, sementara kun hanya tersenyum lembut.

dengan tangan yang fokus meracik kopi, kun bertanya. "kenapa?"

gadis yang tadi bertanya itu diam sejenak, mungkin shock karena ucapannya disahuti oleh kun.

"karena yang manis cuma mas kun." teman-temannya berujar histeris membuat beberapa pelanggan cafe menatap mereka tak nyaman.

kun yang menyadari itu langsung membungkukkan tubuhnya sebagai permintaan maaf.

"ada tambahan pesanan?" lagi, salah satu gadis dengan seragam ketatnya mengangguk antusias.

"mau pesen cintanya mas kun buat aku, bisa gak?" kun tertegun, kemudian tersenyum tipis setelahnya.

"maaf, saya sudah punya tunangan. kalo ada yang ingin dipesan lagi silahkan langsung ke kasir saja."

gadis-gadis sma itu kemudian langsung kembali ke meja mereka dengan raut kecewa.

setelah merasa semua gadis itu tidak lagi menatap ke arah kun, aku langsung beranjak menghampirinya.

"permisi, mas."

"kalau ada pesanan tambahan—kamu, aku kirain siapa." aku terkekeh kemudian menyandarkan lenganku di meja tempatnya meracik kopi.

"mas kun, tau gak kopi-kopi apa yang paling manis?" godaku seraya mengedipkan sebelah mataku padanya, berniat menggoda kun yang kini terlihat salah tingkah.

kun menghentikkan kegiatan meracik kopinya, kemudian ikut menyandarkan lengannya di atas meja. matanya menatapku dalam.

"kopi apa tuh, dek?"

aku berdehem sejenak, berusaha biasa saja ketika mendengar kata terakhirnya.

"kopinang aku dengan bismillah."

———

aku menggeram kesal ketika seseorang mengusik tidur nyenyakku, hari ini adalah hari minggu dan semalam aku sengaja begadang untuk menonton drama sampai subuh.

dan baru tertidur beberapa jam saja, ketenangan tidurku sudah diusik oleh oknum tidak bertanggung jawab.

"ma, aku masih ngantuk." aku merengek seraya menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhku.

detik selanjutnya, aku merasa seseorang menyibak selimutku hingga batas bahu. kemudian mengusap suraiku yang berantakan dengan sayang.

eh? tidak mungkin ini mama. jika ini adalah mama ia tidak akan mengusap rambutku penuh kasih sayang seperti itu.

mama itu orang yang sangat 'jahat' ketika membangunkan anak-anaknya, terlebih aku, berbeda dengan papa yang hanya mendengar suara beratnya saja sudah membuat mataku melotot duluan.

"tidur jam berapa, hm?" aku langsung berbalik dan beranjak duduk ketika mendengar suara berat yang sudah sangat familiar.

"jam empat."

aku berucap dengan wajah yang dibuat semelas mungkin—agar kun tidak mengomel—kemudian menyandarkan kepalaku di bahunya.

persetan jika kun akan ilfeel, toh jika dia ilfeel aku sudah ditinggalkan sejak dua tahun lalu.

iya, sebenarnya aku dan kun sudah bertunangan selama hampir dua tahun lebih. gombalanku kemarin itu juga adalah salah satu dari sekian banyaknya kode agar ia segera mengikatku dalam status pernikahan.

tapi kun selalu mengatakan kalau ia belum siap. bukan. bukan mentalnya yang belum siap.

ia takut kalau uang yang sudah beberapa tahun ia kumpulkan ini belum cukup, dan kun tidak mau kalau kedua orang tuaku dan orang tuanya mengeluarkan uang sedikitpun.

kun hanya ingin biaya untuk pernikahan kami ditanggung semua olehnya, katanya biar lebih membekas.

tapi kalo begini caranya kayaknya aku bakal diambil sama cowo yang lebih gercep.

gak, itu cuma bercanda. karena aku tidak mungkin meninggalkan kun yang sudah berjuang selama hampir 5 tahun ini.

bolak-balik perusahaan dan cafe, sementara hari sabtu ia harus membagi ilmunya alias les privat dengan salah satu siswa dari sma alumninya.

"besok kita fitting baju sama cari cincin ya, gedung dan yang lainnya udah aku urus semua." mataku langsung berubah menjadi segar ketika mendengar penuturannya.

"males ah, bercanda pasti," ucapku, lalu kembali menyandarkan kepalaku di bahu kun.

aku tersentak saat kun tiba-tiba mengangkat tubuhku untuk duduk di atas pangkuannya, sementara kedua tangan hangatnya menangkup pipiku.

"gak pernah ada kata bercanda untuk aku ngikat kamu dalam sebuah pernikahan sakral."












Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
NCT AS | NCT OT23Where stories live. Discover now