MARK AS [EX]

24.1K 3.4K 930
                                    

⚠️sensitve content⚠️

"kamu tuh nggak bisa diajak ngomong pake bahasa manusia ya? aku udah bilang kalo mau sampai kapanpun juga kita tuh nggak akan bisa bersatu, mahen. Tuhan dan keyakinan kita beda. Apa yang kamu harapkan dari hal itu selain perpisahan yang menyakitkan?" 

mahen menghela napas, tangan beruratnya itu terulur mengacak rambutnya kasar.

"dan udah berapa kali aku bilang kalo aku bakal pindah agama. kalo begitu, bukannya kamu yang nggak bisa diajak ngomong pake bahasa manusia?" balas mahen sarkas. 

aku menarik napas panjang, berusaha untuk tidak berteriak di depan wajah mahen. 

aku memang mencintai mahen. tapi cintaku untuk mahen tidak sebesar cintaku untuk Tuhanku. 

"kamu nggak ngerti mahen." 

"gimana aku bisa ngerti kalo kamu aja nggak jelasin?!" suara mahen mulai naik satu oktaf. 

"pindah agama nggak semudah itu, mahen!" teriakku frustasi. 

"kamu pikir agamaku main-main, kamu pikir kamu bisa seenaknya pindah ke agamaku hanya untuk bisa berhubungan sama aku? ke mana mahen yang selalu berpikir dengan otak pintarnya, hah?" 

"aku nggak masalah dan malah akan dengan senang hati bantu kamu dengan ilmuku yang masih belum seberapa ini, mahen. tapi kalo alasan kamu pindah keyakinan hanya untuk aku. maaf, lebih baik aku nggak menunjukkan muka aku ke depan kamu lagi." 

"aku yakin bisa mencintai Tuhan kamu seperti aku mencintai Tuhanku yang sekarang," ucap mahen, keras kepala. 

"tolong pikirkan ke depannya mahen. ini bukan cuma tentang aku dan kamu. bukan cuma tentang Tuhanmu dan kamu. bukan cuma tentang Tuhanku dan kamu. tapi juga tentang seluruh keluarga kamu dan kamu!" 

"ayah kamu pendeta, mahen! dan beliau adalah orang pertama yang akan nentang dan benci kamu kalo kamu bener-bener pindah agama." 

"dan kamu pikir aku sanggup liat laki-laki yang aku cinta dibenci seluruh keluarganya yang sangat dekat dan cinta sama Tuhan mereka?" 

"cukup sampai di sini. kalo kamu mau tau, aku bener-bener nyesel pernah pacaran sama kamu. bukan karena itu kamu, tapi karena aku udah berani nentang perintah dari Tuhanku untuk nggak dekat bahkan berpacaran dengan lawan jenis yang bukan mahram dan nggak akan pernah bisa menghalalkanku."

———

"aku udah minta izin mama papa untuk pindah agama." aku tersentak kaget saat seseorang tiba-tiba datang dan langsung duduk di hadapanku. 

mahen.

aku menghela napas. 

"mahen," ujarku lelah.

"aku nggak mau debat lagi karena aku rasa kalimat panjangku kemarin udah cukup untuk jelasin semuanya." 

aku kemudian meraih tas yang aku letakkan dipangkuanku, mengambil sesuatu dari dalam sana. 

sebuah undangan yang terlihat simpel namun menarik untuk dilihat. 

"w-what..?" ujar mahen tergagap saat aku meletakkan undangan itu di atas meja dan mendorong undangan itu ke arahnya. 

"i did ta'aruf with a man for this one month, and we agreed to continue this ta'aruf into a marriage," jelasku tegas.

"kamu nggak bisa gitu dong! aku udah bilang ke mama papa kalo kamu mau pindah agama dan mereka setuju. terus apalagi yang kamu butuhin?" 

helaan napas pelan kembali keluar. ternyata mahen masih belum mengerti juga. 

"itu yang kata kamu setuju? bekas tamparan dan lebam biru di tulang pipi itu yang kamu bilang setuju?" 

NCT AS | NCT OT23Where stories live. Discover now