SHOTARO AS [ANAK]

18.5K 3.2K 685
                                    

"bunda.." aku yang sedang membaca majalah di ruang keluarga sontak menoleh saat mendengar panggilan dari anak bujangku.

"iya, kenapa sayang? taro mau ngomong apa?"

shotaro melangkah mendekat, kemudian duduk di sampingku.

"sepatu taro rusak, bunda, taro boleh beli sepatu baru?" tanyanya ragu-ragu.

aku terkekeh gemas mendengar ucapannya. "boleh dong sayang, kenapa engga? sebentar ya."

aku mengusap kepala putraku yang sudah menginjak kelas 12 sma itu, kemudian melangkah menuju kamar untuk mengambil sesuatu.

"ini, punya taro." aku kembali duduk di sebelahnya, kemudian memberikan kartu debit platinum yang sudah cukup lama aku buat.

"kok punya taro, bunda?" tanyanya kebingungan.

"iya, isi uang di dalem kartu debit ini semuanya punya taro. dulu waktu taro kecil sampe smp 'kan suka dikasih angpao sama tante-tantenya taro, inget nggak?"

shotaro mengangguk pelan. ah gemasnya.

"nah dulu kalo taro dikasih angpao sama tante, langsung taro kasih bunda dan bunda simpen di dalem kartu debit itu untuk taro kalo udah gede nanti."

"nah karena sekarang taro udah gede, jadi bunda udah bisa percayain kartu ini untuk taro."

aku meraih satu tangannya, kemudian mengusapnya penuh kasih sayang. "tapi inget ya, gak boleh boros. taro 'kan laki-laki, taro akan jadi kepala keluarga nantinya, jadi taro juga harus pinter-pinter ngurus keuangan."

"ngerti, anak bunda?"

shotaro mengangguk, kemudian memelukku erat.

"ngerti, makasih ya bunda, taro sayang bunda."

"bunda juga sayang banget-banget sama taro." aku mengecup pucuk kepala shotaro berkali-kali karena gemas.

"sama aku gak sayang juga, gitu?!"

aduh, mulai deh si bayi besar.

———

"ayah, minggu depan sekolah taro ngadain kemah di hutan, taro boleh ikut?"

aku tersenyum kecil melihat interaksi ayah anak tersebut. 

yuta mengusap kepala shotaro yang menyandar di bahu kirinya. "anak ayah mau ikut kemah?"

walaupun sudah sma, shotaro tetap masih bayi kecil yang harus dijaga sebaik mungkin di mata kami.

shotaro mengangguk antusias.

"kalo mau ikut harus bisa jaga diri, harus bertanggung jawab sama barang-barang yang taro bawa. paham?"

"paham, ayah, jadi taro boleh ikut kemah?"

yuta menggidikkan bahunya. "selama taro mau dan yakin bisa jaga diri dan bertanggung jawab, ayah sih izinin."

shotaro memekik tertahan, memeluk perut yuta erat karena senang.

"makasih ayah, taro sayang ayah!"

yuta terkekeh pelan, mengusap sayang surai halus putranya. "cium dong ayahnya kalo sayang."

tanpa malu shotaro maju dan mengecup pipi kiri yuta sekilas.

"bunda gak dicium juga?" ucapku pura-pura merajuk.

yuta yang sedari tadi merangkulku dengan tangan kanannya, mencium pipi dan dahiku bergantian.

"ayah aja yang cium, taro 'kan tadi siang udah."

"ih, taro mau cium bunda lagi juga ayah!" seru shotaro tak terima.

"gak boleh, bunda punya ayah."

"ayah!" rengek shotaro kesal.

lihat, kan? shotaro masih terlalu bayi untuk dibilang seorang remaja sma.

yuta terkekeh gemas, mengeratkan rangkulan tangannya di tubuh kami, kemudian mengecup pelipisku dan shotaro bergantian.

"kesayangan-kesayangan ayah. dua malaikat yang dikirim Tuhan untuk ayah. ayah bersyukur punya kalian."







"ayah ini formulir kemahnya, tolong isiin ya.."

"duh kacamata ayah ketinggalan di kantor, nak, minta tolong isiin bunda aja ya?"

"duh kacamata ayah ketinggalan di kantor, nak, minta tolong isiin bunda aja ya?"

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
NCT AS | NCT OT23Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora