SHOTARO AS [NERD]

30.9K 3.9K 1.7K
                                    

"heh, bocah freak."

aku mendelik tak suka ketika mendengar ucapan salah satu kakak kelas yang tak sengaja berpapasan denganku.

"muka lo tuh freak," balasku ketus, membuat kakak kelas itu menelan ludah takut.

"b-bukan lo, maksud gue yang di belakang lo," cicitnya seraya menunjuk ke arah belakang tubuhku, aku menoleh dan mendapati salah satu siswa yang—tidak aku tahu siapa namanya—tengah menundukkan kepalanya.

aku menyeringai sinis, "terus kalo itu dia, lo bisa bebas ngatain dia sesuka lo gitu?"

kakak kelas itu menggeleng sebelum akhirnya menundukkan kepalanya, "s-sorry, tolong jangan aduin ini ke ayah lo.."

"gue bukan orang yang dikit-dikit ngadu, kalo lo belom tau."

salah satu teman kakak kelas yang mengatai siswa di belakangku 'freak' itu maju beberapa langkah, dengan dagu terangkat. sok angkuh.

"heh, adek kelas. lo tau sopan santun sama yang lebih tua gak? apa karena orang tua lo itu orang sibuk jadi gak pernah sempet ngajarin lo sopan santun?" ucapnya dengan kekehan mengejek.

aku tersenyum sinis, "lo mau gue sopan sama lo? mau gue hormat sama lo? kelakuan lo aja kayak sampah, apa yang harus gue hormatin?"

ketiga kakak kelas itu langsung berjalan meninggalkan aku dengan siswa tadi setelah sadar bahwa dirinya menjadi pusat perhatian siswa lain.

aku kemudian menoleh, melihat name tag siswa tadi disebut 'freak' itu dengan mata memicing.

"osaki shotaro, keturunan jepang?" tanyaku dengan nada yang lebih bersahabat. mendengar perubahan suaraku yang drastis, shotaro sontak mendongak dan menatapku dengan tatapan polosnya.

"i-iya, kamu bisa panggil aku taro. m-makasih udah bebasin aku," ucap shotaro pelan, membuatku mengernyit.

"bebasin? maksud lo?"

shotaro menelan ludahnya, terlihat jelas dari jakunnya yang naik turun.

"santai aja kali, tegang amat muka lo." aku menepuk punggungnya singkat, "lo belom jawab pertanyaan gue, maksudnya bebasin itu apa?"

shotaro menggaruk pipinya yang aku yakin sama sekali tidak gatal, "e-emm, biasanya setelah mereka ngatain aku, aku bakal diseret ke gudang sekolah."

"the fuck! lo diperkosa gitu?" tanyaku dengan mata melotot kaget, membuat shotaro buru-buru menggeleng.

"e-enggak, biasanya mereka berlima. ada dua anak cowo yang biasanya nonjokkin dan nendang badan aku.."

aku membelalak, dan refleks memutar tubuh shotaro untuk memeriksa keadaannya.

astaga, bagaimana bisa aku baru mengetahui hal ini. pembullyan memang bukanlah suatu hal yang asing di beberapa sekolah swasta seperti sekolah milik papa ini.

namun walau begitu, apa tindakan pembullyan bisa dimaklumi begitu saja? ada banyak dampak yang dapat timbul dari pembullyan, dan depresi adalah salah satunya.

"lo gak ada niatan pindah sekolah gitu setelah dihajar sama beban keluarga kayak mereka itu?"

shotaro menggeleng, ia tersenyum tipis. senyuman yang berhasil membuatku terpukau.

"ada seseorang yang harus aku jaga di sini," ucapnya yakin, netra cokelatnya menatap lekat bola mata hitamku.

"nnggg oghey."

aku melirik jam tangan yang melingkar di tangan kiriku, lantas menepuk bahu shotaro sekali lagi.

"kalo gitu gue duluan ya... ubi ungu."

NCT AS | NCT OT23Where stories live. Discover now