CHENLE AS [ADIK KELAS]

40.1K 5K 632
                                    

"kakk." aku berhenti berjalan ketika seorang lelaki yang aku yakini adalah adik kelasku, merentangkan kedua tangannya dihadapanku membuatku secara refleks berhenti melangkah.

"ada urusan apa ya?" tanyaku, berusaha menjadi kakak kelas yang ramah. karena selama ini semua orang melihatku sebagai orang yang sangat jutek dan galak karena wajahku yang terbilang judes.

"aku... mau ngomong boleh?" aku menghela napas pelan ketika mendengar basa-basinya yang terkesan sangat basi.

"kalo kamu gak sadar, daritadi kamu udah ngomong." lelaki itu menyengir seraya menggaruk tengkuknya yang aku yakini sama sekali tak gatal.

"sebelumnya kenalin dulu, nama aku zhong chenle." lelaki bernama chenle itu mengulurkan tangan kanannya kepadaku, membuatku langsung menjabat tangannya dengan cepat.

"udah bisa to the point?" chenle tersenyum manis membuat matanya semakin menyipit, "sebenernya... aku suka sama kakak, dari awal mos."

aku lagi-lagi menghela napas, "dare dari siapa? klasik banget." aku langsung berjalan meninggalkannya yang hanya terdiam ditengah lapangan tanpa berniat beranjak sedikitpun.

ehm, apa aku keterlaluan?

———

aku langsung menyampirkan tas ransel berwarna hitam itu pada bahu kananku ketika bel pulang telah berbunyi.

lalu berjalan keluar dari kelas dengan kedua telinga yang tersumpal oleh airpod.

"heh!" aku berbalik ketika seseorang menarik bahuku dengan sangat kasar, "apa?" aku mengangkat satu alisku ketika menyadari gadis di hadapanku adalah adik kelas.

"jadi lo kakel gak tau diri yang berani nolak chenle?" gadis dengan name tag yiyang itu mengangkat dagunya, sangat angkuh.

"gak usah diangkat dagunya, malu sama double chin." aku mendecih malas, lalu berniat kembali berjalan sebelum salah satu dari mereka menjenggut rambutku dengan kasar.

aku menggeram, lalu menepis lengan gadis dengan name tag koeun itu dengan kasar, "just say what you want, jerk." 

bisa kulihat yiyang tersenyum miring ketika melihatku yang sudah mulai terpancing emosi. "jauhin chenle."

"sampah masyarakat. dari awal gua kenal chenle juga enggak. jadi gak usah berlaga seolah lo tau semua hal."

aku tersenyum remeh ketika melihat wajah ketiga gadis kecil itu yang terlihat sedikit ketakutan.

lantas berbalik, kembali berjalan menuju gerbang depan dimana supir keluargaku sudah menunggu.

———

aku mendecih ketika melihat forum sekolah yang sedang ramai dibicarakan, namaku yang terpampang dengan sangat jelas membuatku merasa muak.

sejak awal aku yang memang tidak punya teman, semakin dikucilkan karena murid lainnya mengira bahwa berita bodoh itu adalah sebuah kebenaran.

entah siapa yang menyebar berita bodoh tersebut, yang jelas aku sama sekali tidak melakukan tindakan pembullyan pada yiyang dan kedua temannya itu kemarin.

"udah gak punya temen. duduk sendirian dikantin, diomongin seantero sekolah lagi, kalo gua sih malu ya."

yiyang berdiri tepat disebelah mejaku bersama kedua temannya yang berada dibelakangnya, "yakin tuh temen? kok berdirinya dibelakang sih, kayak babu aja."

aku berucap dengan intonasi santai, lalu kembali melahap makananku yang masih tersisa setengah.

yiyang yang mendengar ucapanku itu langsung menggebrak meja, membuat fokus semua murid yang berada di kantin langsung mengarah pada kami.

"jaga omongan lo ya!" yiyang membentakku dengan suara yang terdengar sangat nyaring, karena kantin saat ini benar-benar hening.

"kenapa? mulut-mulut gua" aku berniat meneguk teh manis milikku yang berada di atas meja sebelum yiyang merampas minuman tersebut dan menumpahkannya di atas kepalaku.

aku yang tersulut emosi, lantas bangkit dan menatapnya dengan tatapan tajam, "kenapa? mau marah? ayah gua kepala sekolah disini, kalo lo lupa." ucap yiyang membuatku tersenyum remeh.

"sorry sebelumnya karena gua bakal ngomong ini, tapi sikap angkuh lo kali ini berhasil bikin gua bener-bener muak—"

"lo cuma anak kepala sekolah yang dengan tanpa dosanya memakai uang sekolah para murid untuk memberi kepuasan pada putri tercintanya."

aku berujar dengan suara lantang, sehingga semua murid yang berada di kantin dapat mendengar itu.

"gak usah sok tau deh!" aku mendecih ketika gadis kecil itu terus berusaha mengelak.

"fine, ayah lo memang kepala sekolah disini—"

"tapi ayah gua adalah pemilik sekolah ini, dan gua gak akan segan untuk bilang ke ayah gua kelakuan menjijikan lo dan ayah kesayangan lo itu."

aku tersenyum santai ketika yiyang mulai terlihat ketakutan, "tapi sorry, gua bukan tipe anak yang akan menyalah gunakan derajat keluarga gua."

"oh iya, siap-siap libur tiga minggu ya." aku berbisik tepat di telinga yiyang, lalu menepuk bahu gadis kecil itu sebentar sebelum berjalan menuju toilet untuk membersihkan tubuhku.

aku berjalan keluar dari toilet, setelah berganti pakaian dengan baju seragam yang aku ambil dari ruang tata usaha.

langkah kakiku terhenti ketika melihat chenle yang saat ini berada dihadapanku dengan senyum lebarnya.

"kakak keren banget." chenle mengacungkan kedua ibu jarinya, membuatku yang melihat itu langsung mendengus geli.

"minggir." aku menepuk lengannya yang lagi-lagi menghalangi jalanku, "kak, yang kemaren aku serius."

aku menghela napas lalu mendongak untuk menatapnya, karena sialnya dia jauh lebih tinggi dariku.

"itu bukan dare, atau permainan menjijikan lainnya yang kakak kira." chenle mengubah raut wajahnya menjadi serius, sama sekali tidak menyeramkan.

bahkan terlihat jauh lebih menggemaskan.

"hati perempuan gak pantes jadi bahan candaan apalagi bahan taruhan." chenle menarik napasnya. "dan aku bukan tipe cowok brengsek yang bakal jadiin cewe se-cute kakak bahan taruhan."

aku menganga, "gue? cute?" chenle mengangguk cepat dengan senyuman yang kembali terukir diwajahnya.

"kakak emang gak sadar ya? kalo kakak se-cute itu." aku mendengus ketika menyadari ucapannya hanyalah rayuan semata.

"aku serius."

aku mendecak, "iya, percaya. terus lo mau gue ngapain? kayang sambil joget kill this love?" chenle tertawa ketika mendengar ucapanku. "dari awal aku udah ngira, pasti kakak tuh orangnya seru banget."

"ya terus kalo gua seru, lo mau ngapain?" chenle tersenyum lebar, kali ini sangat lebar hingga menunjukkan gigi-gigi rapihnya.

"jadiin kakak pacar aku."


NCT AS | NCT OT23Where stories live. Discover now