JAEHYUN AS [DUDA]

42.9K 4.9K 2.5K
                                    

"ini beneran gak ada bokap lo 'kan?" tanyaku untuk entah yang kesekian kalinya.

jaemin mendengus pelan. terlanjur sebal karena aku terus bertanya, teman satu kampusku itu lantas menarik tanganku memasuki rumah besarnya yang lebih pantas disebut istana.

siang tadi jaemin tiba-tiba meneleponku yang sedang sibuk merapihkan kamar kos, mengajak atau lebih tepatnya memaksaku datang ke rumahnya.

"mau ngapain sih? udah bener gue beres-beres kosan," dumelku kesal. namun jaemin hanya bertingkah seolah tak mendengarku dan terus menarikku ke ruang keluarga.

memang dasar orang kaya. jarak pintu masuk ke ruang keluarga aja bisa bikin kaki pegel.

"duduk. adek mau ambil susu dulu." aku bergidik geli. selalu begitu, jaemin akan selalu memanggil dirinya dengan sebutan 'adek' jika hanya bersamaku.

entah karena jarak umur kami yang terpaut enam tahun atau memang dia yang terbiasa bersikap manja dengan orang-orang terdekatnya.

aku dan jaemin memang satu kampus. satu kelas malah. umur kami terpaut jauh bukan karena aku selalu menunda skripsi.

tapi karena aku sempat memutuskan untuk tidak kuliah dikarenakan masalah finansial keluargaku yang saat itu sedang tidak baik.

hingga akhirnya aku bisa melanjutkan kuliahku setelah hampir 8 tahun bekerja demi membantu keuangan keluargaku.

"temennya jaemin ya?" aku terlonjak kaget saat suara berat dan serak khas pria dewasa menyapa indra pendengaranku.

aku menoleh dengan gerakan patah - patah, mengulas senyum canggung sebelum akhirnya mengangguk pelan.

jaemin sialan. katanya ayahnya ada di urusan di kantor.

TERUS INI APAA?????

"ayah? kok udah pulang?"

aku menghela napas lega saat suara riang jaemin memecah suasana canggung di antaraku dan ayah jaemin.

ayah jaemin tidak menjawab melainkan hanya tersenyum hangat, senyum yang biasa seorang ayah tunjukkan pada putranya.

"ini temennya gak dikasih cemilan? atau mau ayah beliin apa?" tanya ayah jaemin seraya melirikku sekilas.

"gak usah om, gak apa-apa. saya cuma sebentar—"

"NOO! kata bunda mau nemenin adek nonton sampe bobo?!" jaemin langsung meletakkan dua gelas susu putih di atas meja kemudian menghampiriku dengan wajah melas dan rengekan manjanya.

sialan! anak ini bisa-bisa manggil aku bunda di depan ayah kandungnya.

ya tuhan semoga setelah ini ayah jaemin gak mikir aneh-aneh. lagian jaemin kebiasaan banget manggil aku bunda gak tau tempat.

teman sekelasku memang sering memanggilku bunda, katanya aku perhatian dan galak di saat bersamaan persis seperti ibu-ibu.

mungkin karena usiaku yang bisa dibilang cukup matang sementara teman-teman sekelasku rata-rata masih berumur 19 tahun membuatku tanpa sadar bersikap lebih dewasa dan tegas pada mereka.

ayah jaemin tersenyum tipis, tangannya terulur mengusak surai putranya penuh kasih sayang. "gemes banget anak ayah. mau main lama juga gak apa-apa kok, saya gak masalah."

"ngomong-ngomong saya jaehyun, ayah jaemin. salam kenal."

aku tersenyum kikuk lalu menyalimi punggung tangan berurat om jaehyun sembari menggumamkan namaku pelan.

"saya ke atas dulu, jaemin jangan macem-macem ya." om jaehyun kembali mengusap surai jaemin singkat lalu melempar senyum ramah padaku.

setelah pria beranak satu itu tak lagi terlihat, aku segera memukul lengan jaemin pelan.

NCT AS | NCT OT23Where stories live. Discover now