JUNGWOO AS [SUAMI]

44.3K 4.2K 1K
                                    

"bunda.. wooju kangen papa."

wooju, putraku dan jungwoo yang baru berusia 6 tahun itu berjalan ke arahku dengan langkah gontai dan wajah lesu.

aku tersenyum sendu, sudah hampir 3 bulan jungwoo menghilang tanpa kabar

niatnya untuk pergi ke luar kota mengurus cabang perusahaannya malah berakhir tragis.

pesawat yang jungwoo tumpangi hilang kendali, memakan cukup banyak korban meninggal, cedera, dan hilang.

"bunda juga kangen papa.. makanya kita gak boleh berhenti berdoa sama tuhan biar papa cepet pulang, okey?"

wooju mengangguk lesu, menyandarkan tubuhnya di lenganku. ia lantas manyatukan kedua tangannya.

matanya terpejam, menandakan ia tengah memohon pada tuhan agar sang ayah cepat kembali.

aku tersenyum tipis, mengusap surai halus nan tebal wooju yang persis seperti milik jungwoo dengan sayang.

"salah satu penumpang pesawat yang beberapa bulan lalu dinyatakan lepas kendali dengan inisial 'kjw' ditemukan tewas di pulau seberang, sementara penumpang lain yang hilang belum juga ditemukan."

tubuhku tanpa sadar menegang, wooju yang juga mendengar itu langsung menatapku dengan tatapan gusar.

tidak, itu pasti bukan jungwoo 'kan?

jantungku terasa berhenti berdetak. sejenak, dunia seakan berhenti berputar.

kepalaku terasa pening, namun aku harus tetap kuat untuk wooju. untuk jagoan kecil kami.

suara pintu rumah yang terbuka bahkan tak aku hiraukan, aku terus menatap lurus televisi yang kini sudah dimatikan oleh wooju.

wooju juga sama terpukulnya denganku, namun ia ingin tetap terlihat kuat di depan bundanya.

"bunda.. jangan sedih, wooju pasti akan jagain bunda kayak papa jagain bunda. wooju janji."

aku terisak lirih, menarik tubuh mungil jagoan kecil kami ke dalam dekapanku.

"bunda don't cry, wooju sedih kalo bunda nangis.."

aku mengeratkan pelukanku pada tubuh wooju, mengecup puncak kepalanya dengan air mata menetes.

kemudian memegang kedua bahu wooju, menghapus air mata yang juga menetes dari pelupuk matanya.

"bunda sayang wooju."

"wooju juga sayang bunda," balasnya tak kalah tulus, aku tersenyum haru kemudian kembali mendekap wooju erat.

"papa juga sayang bunda dan wooju."

aku dan wooju terdiam, saling menatap sebelum akhirnya menoleh ke belakang.

di mana jungwoo berdiri dengan keadaan yang bisa dibilang sedikit berantakan, namun tak sedikitpun senyum hangat luntur dari bibirnya.

"papa!"

wooju berlari ke arah sang ayah, memeluk erat-erat pria yang selama ini menjadi panutannya.

"papa jahat! papa bikin bunda nangis! kata papa laki-laki yang bikin perempuan nangis itu bukan laki-laki sejati!"

"papa bukan laki-laki sejati!" wooju melepas pelukannya, lalu memukul tubuh jungwoo dengan brutal.

membuat pria dewasa itu terkekeh gemas ketika mendengar celotehan putra kesayangannya, ia kemudian menggenggam tangan mungil wooju.

mengecup tangan mungil itu dengan penuh kerinduan sebelum kembali membawa tubuh sang jagoan kecil ke dalam dekapan hangatnya.

"maaf bikin wooju dan bunda sedih, papa sempet dirawat di rumah sakit beberapa bulan karena cedera parah. maaf ya sayang."

wooju memajukan bibir bawahnya lalu mengangguk pelan. "tapi papa gak kenapa-napa 'kan?"

jungwoo hanya tersenyum, lalu mengecup lama kening putra tampannya.

hingga tatapannya beralih padaku yang hanya menatapnya kosong.

"wooju masuk kamar dulu ya? nanti kita main bareng, papa mau peluk-peluk bunda dulu."

wooju memberi hormat pada jungwoo sebelum berlari ke kamarnya, menyisakan jungwoo yang terkekeh pelan dan aku yang senantiasa menatap jungwoo kosong. 

"sayang."

aku mundur beberapa langkah ketika jungwoo berjalan ke arahku, senyum sendu terbit di bibir tebalnya membuat jantungku terasa seperti di remas.

"hey," panggilnya lembut.

jungwoo menarik pergelangan tanganku, membuat wajahku menabrak dada bidangnya.

"maaf.." lirih jungwoo penuh penyesalan.

"maaf udah ninggalin kalian, maaf udah biarin kamu ngurus wooju sendirian selama beberapa bulan ini, maaf—"

belum rampung jungwoo berucap. aku lebih dulu mencium bibir tebalnya, melumatnya dengan penuh kerinduan.

jungwoo tersenyum kecil sebelum membalas lumatanku.

"jangan pergi lagi, jangan tinggalin aku dan wooju lagi.."

jungwoo mengecup keningku lama, kedua tangannya melingkar erat di pinggangku sementara aku mengusap pipi halusnya dengan lembut.

"love you," cicitku pelan.

jungwoo terkekeh, "love you more, madu."

madu, ah. aku merindukan panggilan manis itu.

"karena aku udah pulang, gimana kalo kita ngelanjutin proses pembuatan adik wooju yang sempet tertunda?"







NCT AS | NCT OT23Where stories live. Discover now