TAEYONG AS [KAKAK]

51.2K 4.4K 957
                                    

taeyong pov

aku terdiam ketika melihat adikku yang terbaring kaku di atas brankar rumah sakit, dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya.

perlahan, aku mulai berjalan mendekatinya dan membuka kain putih yang menutupi wajahnya.

"maaf," bisikku dengan nada yang sangat lirih, "maafin kakak." napasku mulai tak beraturan, dan rasa sesak mulai memenuhi rongga dadaku.

"maafin kakak, dek." aku terisak pelan, seraya mencengkram sisi brankar dengan erat, "maaf." aku mengeratkan rahangku lalu memeluk tubuhku kaku adikku dengan sangat erat.

"jangan tinggalin kakak, kakak mohon. kasih kakak satu kesempatan lagi untuk jadi kakak yang baik untuk kamu." tangisanku kian mengencang, begitu pula dengan napasku yang mulai putus-putus.

"JANGAN TINGGALIN KAKAK, BANGUNNN!" dengan gilanya aku menguncang tubuh kaku itu dengan kasar, berharap dengan itu adikku mau kembali membuka matanya dan memberiku satu kesempatan untuk menjadi kakak yang lebih pantas untuknya.

"kakak janji. bakal marahin orang yang selalu ngerendahin adek, kakak janji bakal jagain adek, kakak janji bakal nurutin semua kemauan adek, TAPI KAKAK MOHON BANGUN!" aku menangkup kedua pipinya yang terasa dingin, bahkan bibirnya telah membiru.

"ADEK BANGUN, hiks." tubuhku melemas, aku terduduk di lantai sebelah brankar adikku. memeluk kedua lutut seraya berdoa pada tuhan agar mengembalikan adik kecilku.

bisa aku dengar pintu ruangan ini yang dibuka dari luar, tapi aku tak peduli dan terus menangis dilipatan lututku.

"taeyong." suara lembut mama memasuki indra pendengaranku, membuatku refleks mendongak dan menatapnya penuh benci.

"semua gara-gara mama, taeyong benci mama." mama mulai terisak pelan, wanita yang telah berjasa melahirkanku itu lalu beralih pada adikku yang senantiasa terdiam kaku.

"adek, maafin mama," bisik mama di telinga adikku, dengan cepat aku langsung mendorong bahu mama pelan dan menyuruhnya keluar dari ruangan ini.

"keluar, mau mama senyesel apapun itu udah gak ada artinya lagi," gumamku dengan kedua tangan mengepal. "taeyong, mama mau minta maaf sama anak mama."

"cih, anak mama? mama bahkan gak pernah nganggap adik aku sebagai anak mama."

———

aku terdiam dengan pandangan lurus ke depan, menatap gundukan tanah yang tak berpindah sejak dua jam yang lalu.

"dek, kakak masih berharap. berharap kalo kakak dikasih satu kesempatan lagi sama tuhan buat bahagiain kamu."

"taeyong." aku mendecak lalu menengedah, dan mendapati mama dengan mata sembabnya. juga papa yang berada di samping mama.

"mama mau ngomong sama adek, sebentar aja." aku menghela napas lalu beranjak, mengabaikan betisku yang mati rasa. aku kembali berjongkok disisi sebelah kanan gundukan tanah tersebut.

membuat mama yang melihat itu langsung tersenyum pahit, "hai adek, ini mama. maafin mama ya selama ini mama gak pernah adil sama adek."

"maaf juga selalu bandingin adek sama kakak, padahal setiap orang itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, kayak kata adek dulu."

"maaf juga mama gak pernah peduli sama adek, jujur. mama nyesel banget gak pernah ngabisin waktu sama anak gadis mama."

"terakhir, mama mau bilang. mama gak pernah nyesel ngelahirin adek, bertaruh nyawa biar adek bisa ngerasain gimana rasanya ada di dunia."

NCT AS | NCT OT23Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ