JOHNNY AS [SUPPORTIVE BF]

24.2K 3.7K 807
                                    

"lo beneran gak mau kurusin badan? lo sama johnny itu kebanting banget anjir. si johnny badannya ideal parah, tipe-tipe model gitu. lah lo malah makan mulu kerjaannya, emang johnny gak malu apa kalo jalan sama lo?"

aku tersenyum pahit saat mendengar ucapan teman semasa kuliahku—lia. saat ini kami sedang makan siang bersama di resto yang terletak di depan kantorku karena tidak sengaja berpapasan di depan resto tadi.

"ya.. gitu," balasku seadanya.

"kurusin dikit lah, seenggaknya olahraga kalo lo emang gak mau diet. johnny tuh ganteng, badan atlet, perhatian, kalo ada cewe gatel yang mau rebut dia dari lo karena kalah good looking gimana coba?"

ia masih terus melanjutkan ucapan-ucapannya yang berhasil membuatku overthinking.

dengan satu tarikan napas panjang, aku langsung mengambil tas selempangku dengan kasar lalu meninggalkannya menuju kasir untuk membayar.

———

jam pulang kerja sudah lewat setengah jam yang lalu, dan aku masih betah duduk di kursi kerjaku. melamun, memikirkan ucapan lia tadi siang yang sialnya tidak bisa lepas dari pikiranku.

lamunanku seketika buyar saat handphone-ku berdering nyaring. johnny, nama yang tertera di display layar.

aku menghela napas panjang sebelum akhirnya mengangkat telepon dari pacarku itu. "halo."

"halo, sayang. kerjaannya udah selesai belum? aku udah sampe nih." suara lembut johnny menyapa indra pendengaranku, membuatku seketika ingin menangis.

"a-aku kayaknya bakal lembur, kamu pulang duluan aja gih." aku berusaha menahan suaraku agar tidak terdengar bergetar.

"sayang, are you okay? suara kamu kedengeran beda. did something bad happen?" tanyanya, suaranya terdengar sangat khawatir.

aku sedikit mendongak, menghalau air mata yang seakan berlomba ingin menetes.

"gak kok, gak ada apa-apa. kerjaan aku lagi numpuk aja makanya mau lembur."

"no, babe. aku tau kamu boong. kenapa, hm? cerita sama aku ya, kita 'kan udah janji untuk saling cerita kalo ada masalah. kamu lupa?"

tanpa bisa dicegah air mataku langsung menetes begitu saja, membasahi pipi hingga daguku.

"aku bakal masuk, tunggu aku. jangan coba-coba kabur, okey?"

setelah itu sambungan terputus, isak tangis yang aku tahan langsung pecah begitu saja. beruntung teman-teman satu divisiku sudah pulang semua.

aku menunduk, beberapa kali memukul dada kiriku berharap rasa sesak itu akan menghilang.

pintu ruangan tiba-tiba terbuka dengan kasar, menunjukkan johnny dengan napas terengahnya. wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang begitu kentara.

pria kesayanganku itu lalu dengan cepat mendekatiku dan memelukku dengan sangat erat, sangat-sangat erat.

tangan besarnya mengusap rambutku dengan sayang, berharap dengan itu tangisku akan segera mereda.

hampir satu jam, aku menangis di bahu johnny. dan priaku itu tetap berada di sisiku, mengusap rambut dan punggungku tanpa mengeluh. padahal aku tahu kalau betisnya pasti pegal karena ia harus berjongkok dihadapanku.

"udah lega? sekarang minum dulu ya, tenggorokan kamu nanti sakit nangis hampir sejam gini." johnny kemudian menyodorkan air mineral yang sudah terbuka tutupnya, dan membantuku untuk minum.

setelah meneguk hampir setengah botol air mineral, aku kembali menyandarkan kepalaku ke bahu kokoh johnny. membuatnya kembali menepuk-nepuk punggungku sayang.

"udah mau cerita?" tanyanya lembut.

aku menjauhkan kepalaku dari bahunya, lalu menatap mata teduh itu dengan lekat.

walau gugup, aku memberanikan diri untuk bertanya. "apa kamu pernah ngerasa malu kalo jalan sama aku?" cicitku takut-takut.

bisa aku lihat setitik kekecewaan di netra cokelat tua itu.

"kenapa kamu nanya gitu? kamu tau aku sayang banget sama kamu, kamu tau aku cinta banget sama kamu. gimana bisa aku ngerasa malu kalo jalan sama kamu?"

aku menunduk, menatap jari jemariku yang saling bertaut erat.

"kamu tau apa yang aku rasain kalo ada di deket kamu? cuma kebahagiaan, sayang. aku gak tau kenapa aku bisa ngerasa bahagia banget setiap kamu ada di sisi aku."

"yang aku tau, detak jantungku gak pernah normal setiap liat kamu, liat senyum kamu, liat ketawa kamu. dan jantungku juga akan sakit banget ngeliat kamu nangis kayak gini."

"aku gak suka. aku gak suka ada air mata yang keluar dari mata indah kesukaan aku."

"kenapa kamu bisa tanya begitu, sementara kamu tau kalo aku selalu bahagia setiap ada kamu di momen-momen hidup aku?"

aku menelan ludah gugup, aku kembali menatap mata sendu yang selalu menatapku penuh cinta itu dengan sedih.

"tadi aku ketemu temenku waktu kuliah, dia tau kalo aku masih sama kamu. dia suruh aku kurusin badan, dia bilang kamu bakal malu kalo jalan sama aku yang punya badan lebar begini?"

johnny mengusap wajahnya kasar, "dia gak tau apa-apa tentang aku, dia gak tau gimana bahagianya aku kalo sama kamu. jadi please jangan dengerin omongan dia. jangan pikirin hal yang buat kamu overthinking."

"i love you just the way you are. aku gak mau kamu merubah apapun dan sedikitpun yang ada di tubuh kamu karena omongan orang lain. karena aku cinta kamu, bukan tubuh kamu."

"kamu yakin? apa suatu saat kamu gak akan ninggalin aku karena ada perempuan yang lebih cantik—"

"kamu dan pikiran kamu itu yang harus diubah," sela johnny sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

"menurutku, kamu perempuan paling cantik setelah oma dan mama," ucap johnny penuh penekanan.

"udah ya.. cukup ya overthinking-nya. kamu harus tau, aku cuma mau kamu."








Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang