JAEMIN AS [DOKTER]

25.7K 4K 1.6K
                                    

aku mengerjap beberapa kali menyesuaikan mataku dengan cahaya di ruangan putih itu. tunggu.. apa? ruangan putih? bukankah tadi aku berada di ruang operasi untuk melakukan operasi usus buntu? apa operasiku gagal dan kini aku sudah berada di surga?

"kalo di surga beneran, malaikat ridwan-nya mana hayo?" tanyaku ngelindur.

"HAHAHAHAHAHA." 

eh, tapi apa benar aku sudah di surga? kalau iya, kenapa aku masih bisa mendengar suara tawa iblis kasta tertinggi alias abangku?

tak hanya itu, aku juga mendengar suara kekehan lembut seseorang yang belum pernah aku dengar sebelumnya.

"kamu sudah sadar? apa yang dirasakan?" mendengar pertanyaan itu, aku pun menoleh ke asal suara. 

aku menyengir seperti orang bodoh, tanganku kemudian terulur mengusap rahang tegas lelaki itu. "malaikat ridwan ternyata ganteng banget ya? gak salah deh Allah nyuruh malaikat jaga pintu surga."

pria tampan yang aku tahu malaikat ridwan itu geleng-geleng kepala.

"sepertinya efek biusnya belum hilang sepenuhnya, tapi gak masalah, hal ini memang hal yang biasa terjadi pada orang paska operasi. kalau begitu saya tinggal ya, om, tante."

"eh? malaikat ridwan mau ke mana? kok aku ditinggal?"

malaikat ridwan tidak menjawab, melainkan mengusap puncak kepalaku dengan lembut. "saya mau kerja dulu. kamu istirahat aja ya?"

aku mengangguk-angguk paham. "oh, malaikat ridwan mau lanjut jaga pintu surga ya? ya udah deh, kalo gitu semangat ya." 

———

"lo ngapain sih ngeliatin gue sambil cengar cengir gitu," ketusku pada abangku yang sejak tadi tidak berhenti menatapku dengan tatapan jahilnya.

"lo mau liat orang ketemu malaikat ridwan gak?" tanyanya tak nyambung.

"apa sih, goblok. mending lo pulang deh daripada bikin gue gedeg," seruku menatapnya jengkel.

"adek bahasanya ih," tegur bunda yang berdiri di samping ranjangku untuk menyuapiku buah.

"abisnya abang tuh, bun, gak jelas," aduku menunjuk abang yang masih cekikikan tak jelas.

abang meraih ponselnya dari atas meja lalu memainkan jemarinya di atas layar canggih itu sebelum menunjukkannya padaku.

"apaan nih?" sahutku penasaran.

"kalo di surga beneran, malaikat ridwan-nya mana hayo?" aku membelalak dan refleks melampar ponsel abang ke sudut ruangan yang memancing teriakan nyaring dari abangku itu.

"HAPE MAHAL GUE!"

"i-itu aku, bun?" tanyaku dengan tatapan tak percaya. bunda terkekeh dan mengecup dahiku sekilas.

"iya. adek ngelindur karena obat biusnya belum bener-bener abis," ujar bunda lembut.

aku bergeming. sialan, kenapa bisa-bisanya aku memalukan diriku sendiri. di depan dokter jaemin pula?!

bayangkan!

kalau dokternya sudah tua sih aku gak bakal malu-malu banget. tapi masalahnya ini dokter jaemin.. dokter bedah muda yang terkenal dengan keahlian dan ketampanannya.

sementara abang dengan dramatis mengambil ponselnya dan menciuminya beberapa kali. "maafin ayah, nak. tante kamu emang biadab."

"heh, mulutnya!" tegur mama.

aku memeletkan lidahku padanya, mengejek. seolah lupa kalau aku baru saja merasa malu setengah mati.

tok tok tok

NCT AS | NCT OT23Where stories live. Discover now