TAEYONG AS [MANTAN]

48.1K 5.1K 1.8K
                                    

"bunda kenapa papa gak pulang-pulang? thaya mau ketemu papa, thaya mau peluk papa. thaya gak mau mainan dari papa, thaya mau papa peluk thaya."

aku tersenyum sendu mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut thaya, putri kecilku.

gadis kecil yang lahir karena ketidaksengajaan yang aku lakukan dengan taeyong, mantan majikanku.

namun walau begitu aku sama sekali tidak menyesal dengan keputusanku untuk mempertahankan thaya.

"papa masih harus kerja, sayang. mungkin papa mau ngumpulin uang yang banyak biar bisa beli rumah gede yang kayak thaya mau."

mendengar jawabanku membuat thaya kembali tersenyum ceria, "bener, bunda?"

ragu, aku mengangguk mengiyakan dengan senyum manis yang sedikit dipaksakan.

entah sampai kapan aku harus menghadapi situasi seperti ini, tidak hanya sekali atau dua kali thaya menanyakan kapan ayahnya akan pulang.

"sekarang thaya tidur ya? udah malem, katanya besok mau temenin bunda belanja?"

"bukan temenin bunda. tapi jagain, thaya gak mau ada om-om yang gangguin bunda lagi! nanti kalo papa marah gimana?" ucap thaya dengan wajah marahnya.

aku terkekeh lantas mengecup kening dan hidung mungil thaya dengan sayang, "iya, iya. jagain bunda dari om-om."

"tidur ya? atau thaya mau bunda bacain dongeng?" tawarku yang thaya balas dengan gelengan pelan.

"bunda 'kan capek abis kerja, thaya udah gede kok jadi gak usah dibacain dongeng lagi kayak anak bayi." setelah berucap panjang lebar, thaya langsung merebahkan tubuh dan menarik selimut hingga batas bahunya.

"selamat malam, bunda! tidur yang nyenyak, thaya sayang bunda."

"bunda juga sayang thaya."

setelah memastikan thaya sudah benar-benar terlelap, barulah aku keluar dari kamar menuju ruang tengah.

terisak pelan ketika mengingat semua ucapan thaya tadi. bagaimana bisa gadis kecil berumur 6 tahun berpikir begitu dewasanya.

aku masih menangis hingga sepasang tangan mungil melingkar di pinggangku.

"bunda kenapa nangis? bunda nangis karena thaya nanyain papa ya.. maafin thaya, bunda."

buru-buru aku mengusap wajahku sebelum berbalik menatap thaya yang juga menatapku dengan wajah sedihnya.

"engga kok, bunda gak nangis karena thaya nanyain papa. bunda cuma lagi kangen mamanya bunda aja."

"bunda kangen nenek?" dengan cepat aku mengangguk mengiyakan.

"thaya juga kangen nenek. tapi thaya gak mau nangis soalnya kalo thaya nangis nanti nenek ikut nangis. thaya gak mau nenek nangis."

aku tersenyum kecil mendengarnya, gadis kecilku ini sepertinya memiliki pemikiran yang sangat dewasa. aku bangga.

"iya deh bunda gak nangis lagi, kalo gitu sekarang kita tidur aja gimana? bunda udah ngantuk nih."

thaya mengangguk cepat kemudian menarik tanganku menuju kamar, dan kembali merebahkan tubuhnya seperti tadi.

ia menepuk-nepuk kasur di sebelahnya, di mana biasanya aku selalu tertidur di sana.

aku ikut merebahkan tubuhku, memeluk tubuh mungil thaya dengan sayang. "selamat tidur gadis kecilnya bunda."

———

hari ini seperti yang sudah aku dan thaya rencanakan kemarin, kami sudah berada di salah satu pusat perbelanjaan yang cukup besar.

NCT AS | NCT OT23Where stories live. Discover now