HENDERY AS [HUSBAND]

60.1K 4.6K 1.1K
                                    

"sayang? kenapa belum tidur?" tanya hendery saat mendapatiku yang tak kunjung tertidur padahal jam sudah menunjukkan pukul dua pagi

"kenapa bangun? aku grasak grusuk ya?" bukannya menjawab pertanyaan hendery, aku malah balik bertanya membuat suamiku itu mendecak.

"jangan balik nanya, kenapa belum tidur hm?" hendery menarikku ke dalam dekapannya, manik indahnya menatap tepat ke bola mataku.

"belum ngantuk," jawabku, namun sepertinya hendery tak percaya dengan jawabanku itu.

"boong, kamu pasti lagi mikirin sesuatu," ucap hendery membuatku terdiam sejenak.

"aku gak mikirin apa-apa, mendingan sekarang kamu tidur lagi." tanganku terulur untuk mengusap rambut halusnya, "aku kenal kamu bukan cuma sehari-dua hari, aku tau kamu boong."

aku tak membalas ucapan hendery dan terus mengusap rambutnya agar ia kembali tertidur. "kamu baru pulang kantor jam dua belas, dery. tidur lagi ya?"

aku mengecup bibir hendery sekilas, lalu kembali mengusap rambutnya hingga suamiku itu kembali tertidur.

setelah memastikan hendery benar-benar pulas, aku perlahan mulai beranjak dari ranjang. berjalan keluar dari kamar yang sudah aku dan hendery tempati selama empat tahun belakangan.

aku duduk di ruang tengah seraya menatap foto pernikahanku dan hendery yang terpajang di sana dengan tatapan sendu.

pernikahan kami sudah berjalan selama empat tahun lamanya, namun tuhan belum juga mengizinkan aku dan hendery untuk merawat seorang malaikat kecil yang biasa mereka sebut 'keturunan'

sebenarnya aku sudah pernah hamil, dulu. saat pernikahan kami masih berumur tiga bulan.

namun sayang, tuhan belum benar-benar mempercayai kami untuk merawat malaikat kecil itu.

iya, aku keguguran. tepat saat kandunganku memasuki bulan ke-tiga. dan dokter mengatakan kalau aku akan sulit untuk kembali hamil.

terbukti sampai sekarang aku belum juga merasakan tanda-tanda kehamilan seperti para wanita di luar sana.

jujur, aku iri.

aku juga ingin seperti wanita lainnya. hamil, lalu mengidam dan bermanja-manja dengan suaminya.

lalu di beri perhatian lebih oleh ibu mertua.

berbicara soal ibu mertua. sebenarnya ibu mertuaku selalu mengatakan jika ia ingin cepat menimang cucu.

bahkan tak hanya sekali beliau menyuruhku untuk bercerai dengan hendery. mengikhlaskan hendery menikah dengan wanita lain agar dapat memberinya keturunan.

dan malam ini keputusanku sudah bulat, aku akan meninggalkan rumah ini, meninggalkan semua kenangan yang pernah aku rajut bersama hendery di sini.

bercerai dengan hendery, dan mengikhlaskan ia menikah dengan wanita pilihan ibunya. hidup bahagia bersama wanita itu dan memiliki keturunan yang manis.

———

sudah satu tahun lebih aku memutuskan untuk pergi dari rumah, meninggalkan hendery dan surat cerai yang aku taruh di meja ruang tengah.

namun sampai sekarang, aku belum juga mendapat panggilan dari pengadilan. padahal seharusnya beberapa bulan setelah hendery menandatangani surat itu.

aku dan dia akan di panggil ke pengadilan sebelum benar-benar resmi bercerai.

jujur, sangat sulit untuk meninggalkan hendery. melupakan ia dan seluruh kenangan yang sudah kami rajut selama beberapa tahun terakhir.

semua suka-duka yang sudah kami lewati bersama, dan kami harus berpisah karena sebuah alasan.

keturunan.

namun hendery layak mendapatkannya, mendapatkan keturunan yang tampan dan cantik dengan wanita pilihan ibunya.

aku pernah dengar, pilihan ibu itu yang terbaik. dan aku yakin hendery pasti bahagia bersama wanita itu.

walau di sini, aku harus menyimpan sejuta rasa sakit dan rasa tak terima yang tak akan pernah aku tunjukkan pada seorangpun.

lamunanku buyar saat mendengar suara bel rumahku berbunyi. aku terkesiap. siapa orang yang berkunjung malam-malam begini?

perlahan aku beranjak meninggalkan kamar berukuran sedang yang sudah aku tinggali selama satu tahun terakhir itu. lalu berjalan ke arah pintu masuk yang sudah aku kunci karena hari semakin malam.

"siapa—hendery?" tubuhku membeku, dia di sana.

hendery di sana,

suamiku di sana, berdiri di hadapanku dengan tubuh kurus dan wajah tirusnya.

wajahnya benar-benar terlihat sangat kacau dengan kantung mata hitam yang persis seperti panda.

"kamu jahat," lirih hendery. bisa aku lihat kepalan tangannya yang mengerat, juga matanya yang berkaca - kaca.

"hen—" tanpa aba-aba, hendery langsung menerjangku dengan pelukan eratnya.

ia menuntunku untuk masuk ke rumah kecilku. masih dengan tubuhnya yang memeluk erat tubuhku, sementara hendery menutup pintu menggunakan kakinya.

ia memeluk pinggangku dengan sangat erat, seolah aku akan kembali pergi jauh jika ia melepasnya.

hendery sedikit menjauhkan tubuhnya, namun dengan tangan yang masih melingkar di pinggangku.

dan tanpa aba-aba hendery mengecup seluruh sisi wajahku dengan kecupan-kecupan ringan, membuatku dapat merasakan kerinduan besar melalui kecupan tersebut.

tanpa aku sadari, saat ini aku dan hendery sudah berada di dalam kamarku. ia melepas pelukannya lalu menghempas tubuhku ke atas ranjang.

hendery mengunci pintu kamar sebelum merangkak di atas tubuhku. lalu meraup bibirku dengan gerakan menuntut.

spontan aku menahan dada bidang hendery. "dery jangan gini, kita udah cerai--hmppp!"

hendery kembali membungkam bibirku, matanya menatapku dengan tatapan marah.

ia beralih mengambil amplop cokelat dari saku celananya. itu... surat cerai yang aku tinggalkan di ruang tengah satu tahun yang lalu.

"ini kan? ini maksud kamu?" hendery menarik daguku agar aku menatapnya, lalu merobek surat itu hingga menjadi kertas-kertas kecil.

"gak akan pernah." hendery membuka kemejanya paksa, lalu kembali mencium bibirku dengan menuntut.

tangannya ia gunakan untuk menahan tengkukku agar aku tidak lagi menolak ciumannya.

hingga aku benar-benar tidak bisa memberontak.

hendery menjatuhkan tubuhnya di sebelahku, kembali memelukku yang masih berusaha mengatur napas.

"aku gak akan pernah biarin kamu ninggalin aku untuk kedua kalinya, sayang."

"apapun alasannya."











"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


NCT AS | NCT OT23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang