Seductive Teacher (End)

108K 5.5K 155
                                    

"Kamu salah paham, Ais. Kita salah paham," bisik Nino sembari mengulurkan lengannya untuk bisa merengkuh Amarilis ke pelukannya.

Amarilis tidak menolak. Jauh di dalam sudut hatinya, ia begitu merindukan Nino. Tapi mengingat bagaimana pria itu dulu membuangnya, Amarilis kembali merasa sakit.

"Kamu tidur sama Lilia..." Amarilis menggumam dengan isak yang mulai melemah.

"Aku gak tidur dengan Lilia. Aku memang ke sana. Tapi bukan untuk itu." Nino mengusap rambut Amarilis dengan sebelah telapak tangannya yang bebas.

"Bohong," Amarilis menolak percaya. Dia melihat sendiri Nino memasuki unit apartemen wanita bernama Lilia itu.

"Aku ke sana karena ada Mami. Aku ke sana jemput Mami. Bukan seperti apa yang kamu tuduh itu, Ais."

Amarilis masih menangis meski kini tangisnya tidak sekencang tadi. Amarilis takut kalau Nino membohonginya dan melindungi fakta yang sebenarnya.

"Aku masih waras, Ais. Aku masih waras. Aku punya kamu. Kenapa aku harus tidur dengan wanita lain? Aku punya kamu. Istriku."

Amarilis menggeleng. Kedua telapak tangannya yang sejak tadi meremas kemeja Nino kini mendorong dada pria itu. Wajahnya mendongak.

"Setahun. Satu tahun aku pergi dan kamu gak nyari-nyari aku. Kamu udah gak sayang sama aku. Kamu gak cinta lagi sama aku! Tadi..."

Amarilis memukul dada Nino melampiaskan kekesalannya yang tiba-tiba memuncak saat teringat ucapan kasar Nino padanya.

"...kamu bilang aku jalang murahan. Apa kamu pernah lihat aku telanjang depan pria lain? Apa kamu pernah lihat aku bercinta sama pria lain? Apa kamu-"

Amarilis tidak melanjutkan kalimatnya karena bibirnya sudah ditekan kuat oleh bibir Nino. Amarilis terdiam. Matanya masih terbuka lebar meski sudah sembab karena menangis. Melihat mata Nino yang terpejam dan bibir pria itu bergerak menyesap perlahan bibirnya, Amarilis mengikuti instingnya untuk memejamkan mata juga.

Nino menyesap perlahan dengan penuh perasaan bibir Amarilis. Nino berteriak di hati bagaimana ia sangat merindukan wanita yang ia sentuh ini.

Cumbuan Nino semakin menuntut. Amarilis mengulurkan tangan ke belakang tubuhnya untuk menahan bobotnya agar tidak terhempas ke lantai. Sementara Nino semakin memperdalam ciuman mereka.

Amarilis kalah. Sekuat apa pun ia berusaha untuk tidak membalas gerakan bibir Nino yang agresif, ia tetap kalah. Amarilis menggerakkan bibir dan hal itu membuat dada Nino bergemuruh.

Satu telapak tangan Nino menahan belakang kepala Amarilis. Sedangkan telapak tangan lainnya menapak di lantai menahan bobot tubuhnya yang semakin menunduk sehingga Amarilis kini terbaring dengan Nino di atasnya.

Amarilis terengah. Dadanya begitu sesak karena hampir kehabisan napas. Didorongnya dada Nino dan diraupnya oksigen sebanyak mungkin. Belum puas dengan hak itu, Nino kembali mencumbunya.

Nino seperti menemukan oase di gurun pasir. Bibir Amarilis teras kebas karena cumbuan agresif pria itu. Hisapan, gigitan yang Nino berikan membuat Amarilis tak berdaya. Apalag lihainya lidah Nino membelai isi mulutnya semakin meruntuhkan pertahanannya.

"Stophhh..."

Nino mengangkat wajahnya ketika Amarilis menggigit kuat bibirnya hingga rasa asin bisa Nino rasakan. Mata Amarilis terpejam dengan wajah yang memerah. Deru napasnya juga memberat.

Nino mengulurkan lengannya memeluk pinggang Amarilis. Lalu ia mengangkatnya bersamaan dengan tubuhnya yang ikut bangkit. Amarilis merasa lemas. Kakinya tidak bisa berpijak dengan benar sehingga Nino harus mengeratkan pelukannya.

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Where stories live. Discover now