Cheesecake 3

19.2K 2.3K 75
                                    

Oni menepis tangan Wolf di pinggangnya. Kaki Oni mundur 2 langkah untuk menjaga jarak aman dari kedekatannya dengan Wolf. Oni tidak mau ada kekhilafan di antara mereka.

"Bapak jangan main-main sama saya. Sekolah ini bisa saya beli kalau saya mau. Atau..."

Oni tersenyum miring. Ia merogoh saku seragamnya dan memamerkan ponsel pintar di tangannya. "Bapak mau saya aduin ke orangtua saya?" tantangnya.

Wolf tersenyum manis. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Kaki Wolf ikut melangkah mendekati Oni yang kini melangkah mundur.

"Silakan. Saya tidak takut pada apa pun."

"Kira-kira nanti istri Bapak bakal syok gak ya kalau tahu suaminya ini ingin punya simpanan. Itu pun anak sekolah di bawah umur."

Wolf tertawa. "Istri saya sudah kasih restu kalau saya mau punya simpanan. Kalau bisa semakin banyak semakin bagus."

Kening Oni berkerut bingung. Ada wanita yang seperti itu? Pasti otaknya sudah gila. Oni harus menemui wanita itu dan memberikan pencerahan agar ia bisa sedikit waras dalam berpikir.

Tidak ada satupun wanita di dunia ini yang benar-benar ikhlas cinta dan hati suaminya dibagi-bagi. Semua wanita sama bagi Oni. Berbohong di mulut demi kebaikan bersama sedangkan hatinya menjerit meminta ampun karena sakit.

"Istri Bapak pasti sudah gila."

Oni menghindar kala Wolf mengulurkan tangan untuk meraih lengannya. Sialan. Kalau Oni tahu Wolf akan seberani ini, ia tidak akan memancing pria itu seperti kemarin.

"Sepertinya begitu. Saya tidur dengan banyak perempuan saja dia tidak marah."

Oni semakin bergidik. Selain memiliki istri yang gila, Wolf juga pria gila. "Burung Bapak murahan."

Oni berlari meninggalkan ruangan Wolf setelah mengatakan itu. Ruangan yang kedap suara tersebut seketika penuh oleh tawa Wolf yang pecah begitu saja dengan tingkah menggemaskan muridnya.

"Adonia," gumam Wolf sembari menggeleng geli dan senyum yang tiba-tiba terbit begitu manis.

Berbeda dengan Wolf yang merasa bahagia bisa menggoda Oni, di luar ruangan itu Oni menjambak rambutnya dengan frustasi.

"Gak bisa. Gue gak bisa sekolah di sini lagi. Kepala sekolah yang gue kira dingin dan berwibawa ternyata pria murahan. Menjijikkan," gumam Oni dengan kesal.

Oni sudah mencari tahu semuanya tentang Wolf serta silsilah keluarganya. Tidak ada yang mencolok dari pria itu. Bahkan pernikahannya memang sempat Oni temukan artikelnya. Hanya saja tidak ada gambar sebagai bukti yang jelas.

"Gue harus ngomong sama Papi. Mana mungkin Papi mau anak gadis kesayangannya jadi simpanan pria gila mesum kayak Wolf."

Di dalam ruangan, orang yang sedang Oni sebutkan tengah melihat gerak-geriknya dengan jari telunjuk yang mengusap bibir bawahnya berulang kali.

"Jangan salahin saya kalau nanti kamu jadi milik saya, Adonia."

Fokus Wolf terpecah saat ponselnya berdering nyaring. Nama seseorang yang muncul di layarnya membuat Wolf tersenyum miring. Ia mengangkat panggilan itu dengan hati yang bahagia.

"Halo, Sayang," sapa Wolf dengan lembut sembari melonggarkan simpul dasinya.

"Siap, Sayang. Apa pun untuk bikin wanita kesayangan aku bahagia pasti aku lakukan."

Wolf tertawa renyah mendengar suara di sebrang sana menyerukan namanya dengan kesal. Tidak berlangsung lama, panggilan juga berakhir, lalu Wolf mendial nomor orang kepercayaannya.

"Awasi dia. Jangan sampai laki-laki itu mendekatinya. Kalau dia terluka, kamu tahu siapa yang harus saya lenyapkan."

***


End hari ini si Wolf bangcat. Cabal yah.

Pengiriman PO masih sanggup nunggu kan? Jangan diteror ya🥺 aku udah kasih info di WA sama IG kalau bakal dikirim dalam minggu ini (in syaa Allah)

Tau kan mood nulis itu gak bisa dipaksa. Jatuhnya bakal ngada2 ceritanya. Aku juga gak mau pembaca setia aku kecewa sama PDF yang aku kirim nanti. Jadi, sabar. Pasti dikirim.

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu