Love Trap (3)

37.5K 3.6K 208
                                    

Hari kedua bekerja, Momo tidak masuk. Suhu tubuhnya panas sejak semalam. Akibat keras kepalanya Ryon, mereka kehujanan. Saat keduanya memasuki mobil, seluruh tubuh mereka sudah basah kuyup.

Ryon mengantarkan Momo pulang. Sekarang pikiran Momo semakin khawatir karena Ryon tahu tempat tinggalnya. Momo was-was kalau pria itu bisa saja datang kapanpun semaunya.

Momo sudah memberi tahu keadaannya pada Rya. Wanita itu menyuruhnya untuk ke dokter, tapi Momo tidak mengindahkannya. Cukup istirahat saja Momo pasti akan kembali sehat. Dan sejak pagi, Momo hanya bergelung dalam selimut.

Di tempat berbeda, Ryon memasuki perusahaan Rya. Pria itu datang dengan maksud bisa bertemu Momo. Sayangnya, sejak tadi Ryon tidak melihat kekasihnya itu.

Kekasih.

Ryon tidak menerima kata berakhir dari Momo. Egois? Memang. Ryon akan semakin egois jika itu menyangkut hubungannya dengan Momo.

Kesalahan yang dulu pernah Ryon perbuat akan ia tebus perlahan. Ia akan membuktikan pada Momo kalau Ryon yang kejam dulu sudah lama mati. Sekarang hanya ada Ryon yang mencintainya.

"Momo gak masuk?"

Rya yang tengah fokus pada komputernya seketika menoleh. "Dia sakit. Kehujanan kali, ya?"

Dada Ryon seketika bergemuruh. Momo sakit? Apa ini karena tadi malam? Kalau iya, ini semua salah Ryon.

"Yon, sini deh."

Ryon mendekat. Matanya memperhatikan layar komputer kakaknya dengan dahi yang berkerut.

"Tadi kan Kakak nanya-nanya Momo soal alerginya. Siapa tahu bisa sembuh kayak Mama dulu. Terus kamu lihat ini. Persis sama. Setengah jam setelah makan kacang, Mama suka gatel-gatel terus muncul ruam. Momo juga sama. Kalau kebanyakan, Momo malah sampai sesak napas bahkan pingsan. Mama juga gitu dulu. Obat Mama kan masih banyak, Yon, Kakak kasih ke Momo aja kali, ya?"

Ryon mengernyit memperhatikan beberapa gambar yang Momo kirimkan pada Rya. Seolah menyadari sesuatu, Ryon mengepalkan tangannya.

"Menurut kamu gimana, Yon?"

Rya menoleh pada adiknya yang ternyata sudah berlalu dari sana. Dasar. Ryon tidak bisa dimintai pendapat apa pun.

Ryon memasuki lift dan menghubungi Cheli. Cukup lama wanita itu menjawab panggilannya.

"Momo alergi kacang?" tanya Ryon tanpa menunggu suara wanita di sebrang sana menyapa.

"Kenapa?"

"Kenapa lo gak bilang?"

"Lo gak nanya. Gue kira lo udah tahu. Lagian dulu Momo pernah masuk rumah sakit karena kebanyakan makan kacang. Lo udah berangkat ke Korea waktu itu."

Ryon semakin mengepalkan tangannya. Berarti kejadian itu tepat beberapa jam sebelum ia berangkat untuk pertukaran mahasiswa bersama Abel.

"Lo di mana? Kenapa tiba-tiba bahas Momo? Belum move on? Apa gagal?"

Ryon tahu ada kebencian dari nada bicara Cheli kali ini. Ryon tidak masalah jika Cheli dan Abel membencinya. Tapi jika itu Momo, Ryon bisa gila.

"Momo kerja di perusahaan Kakak gue. Gue-"

"Lepasin Momo, Yon. Kalo lo masih punya hati nurani seenggaknya sedikit aja, gue harap lo lepasin Momo. Sahabat gue bukan barang yang bisa lo buang dan lo ambil sesuka hati ketika lo mau. Momo udah banyak banget menderita selama ini. Dia sendiri. Mungkin, kalo waktu itu gue gak sengaja lihat dia di jalan, gue yakin Momo udah bunuh diri."

Jantung Ryon berhenti berdetak untuk beberapa saat ketika mendengar kalimat terakhir Cheli. Momo... Berniat bunuh diri?

"Maksud lo... Apa?"

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Where stories live. Discover now