BARRA

26.2K 2.5K 71
                                    

Dijuluki penakluk wanita karena kharismanya yang sulit ditolak, Barra menjadi incaran para istri pejabat negara untuk dijadikan menantu. Sayangnya, pria 29 tahun itu lebih memilih menyendiri tanpa mau terlibat dengan wanita mana pun.

Beberapa informasi juga menyatakan kalau Barra tidak menyukai lawan jenis. Ditambah lagi dengan fakta bawah sekretaris dan orang-orang di sekitarnya sehari-hari berjenis kelamin lelaki semua. Barra seolah tidak memberi celah untuk wanita mana pun mendekatinya.

Seiring berjalan waktu dan bertambahnya usia Barra yang kini genap di 30 tahun, sang ibu semakin menuntutnya untuk menikah. Ibunya ingin menepis segala gosip murahan di luar sana yang mengatakan kalau putra kesayangannya seorang gay.

"Mau ya? Kenalan dulu. Mama gak maksa kamu langsung suka kok, Bar."

Barra yang tengah mengunyah makanan dengan tenang seketika menatap sang ibu yang kini juga menatapnya. Tatapan mata wanita yang Barra sayangi itu penuh harap padanya.

"Oke," jawab Barra pada akhirnya.

Sang ibu tersenyum senang. Ia juga ingin mempunyai menantu seperti teman-temannya. Bahkan beberapa dari mereka sudah menimang cucu. Hanya dirinya yang belum dan masih menunggu kepastian dari sang putra. Sayangnya, semakin lama menunggu, Barra semakin tidak menunjukkan tanda-tanda akan menikah.

"Nanti Mama kirim lokasinya," kata ibu Barra.

Barra mengangguk saja. Ia memang tidak sedang dekat dengan wanita mana pun saat ini. Barra juga tidak ada keinginan untuk mencari wanita sebagai teman kencan atau calon istri. Entah kenapa Barra lebih suka bekerja dan menghabiskan waktunya untuk perusahaan.

Usai menghabiskan makanan di piringnya, Barra beranjak dan kembali ke kamar. Ia baru saja pulang kerja dan belum sempat membersihkan diri. Ditambah lagi perutnya terasa lapar dan sang ibu menyuruhnya makan terlebih dulu.

Jarum jam menunjukkan pukul 5 saat Barra memasuki kamar. Ia meletakkan tas kerjanya di sofa, kemudian berlalu ke dalam kamar mandi. Barra akan membersihkan diri, lalu berbaring sebentar untuk melepas lelah.

Jarum jam terus berputar, kini waktu menunjukkan pukul 7 malam saat Barra yang tengah berbaring sembari membaca beberapa email di ponselnya mendengar pintu kamarnya diketuk beberapa kali diiringi suara ibunya yang memanggil.

"Kenapa, Ma?" tanya Barra saat membuka pintu kamar. "Mama mau ke mana?" lanjutnya saat melihat penampilan cantik sang ibu malam ini.

"Mau makan malam sama Papa di luar," jawabnya. Barra sontak memberikan pandangan menggoda yang membuat wajah ibunya merona.

"Pasti nginap lagi," goda Barra.

"Belum tahu. Ini lokasinya. Jam delapan ya. Mama udah pesan meja buat kalian," ibu Barra mengedipkan sebelah matanya sehingga Barra terkekeh sambil geleng-geleng kepala.

Barra menatap punggung sang ibu yang kini menjauh menuruni undakan tangga. Mungkin memang ini saatnya Barra membahagiakan wanita itu. Usianya juga tidak lagi terbilang muda. Barra sudah kepala 3 dan ibunya juga hampir kepala 6. Wajar rasanya jika sang ibu ingin ia menikah.

Melirik kertas kecil yang diberikan ibunya, Barra kembali memasuki kamar untuk bersiap. Menuju lokasi yang diberikan ibunya cukup memakan waktu dan Barra benci orang-orang yang tidak tepat waktu.

***

Bellona, wanita 27 tahun yang berprofesi sebagai dokter di rumah sakit keluarganya. Wanita yang akrab disapa Bebel itu duduk termenung menunggu seseorang yang akan bertemu dengannya malam ini. Bebel hanya mengikuti perintah sang ibu yang katanya ingin melihatnya kembali berhubungan dengan lawan jenis setelah sebelumnya sempat gagal berulang kali.

Kalau ditanya apakah Bebel trauma, jawabannya jelas saja iya. Wanita mana yang tidak akan trauma di saat ia hampir menikah dan sudah menyiapkan segalanya tapi batal hanya karena orang ketiga. Hal ini berulang kali terjadi.

"Selamat malam," sapa seorang pria.

Bebel mendongak. Ia tersenyum tipis dan memperhatikan pria itu duduk di hadapannya. Bebel menatap penampilan rapi pria di depannya. Sesuai dengan apa yang ibunya katakan, pria bernama Barra itu akan datang tepat waktu dan berpenampilan menarik.

"Sudah lama?" tanya Barra.

Bebel menggeleng pelan dengan bibir yang kembali tersenyum. Ia memang sengaja datang lebih awal untuk meninggalkan kesan baik. Maklum, biasanya ia akan sering telat karena jarak rumah sakit yang cukup jauh.

Keduanya memesan makanan, lalu menunggu sembari saling berkenalan. Kesan pertama yang Barra tangkap adalah Bebel murah senyum dan ramah. Cara bicaranya Barra suka. Wajahnya cantik dan tatapannya lembut. Barra jadi mengingat Alina, neneknya yang juga memiliki tatapan mata seperti itu. Menenangkan.

Barra dan Bebel makan dengan tenang. Tidak ada obrolan apa pun selama mereka menyantap makan malam. Bebel bukan termasuk wanita yang pemalu. Ia lembut dan tegas secara bersamaan. Dan yang Barra suka juga dari Bebel, wanita itu makan tanpa menyisakan sedikitpun. Benar-benar menghargai makanan yang disajikan. Apalagi di depan Barra yang notabennya sangat menyukai makanan.

Tidak banyak yang mereka bicarakan. Ini baru pertemuan pertama dan mereka hanya membahas hal-hal umum saja. Seperti pekerjaan, hobi, dan beberapa hal random lainnya.

Barra melirik jam di pergelangan tangannya. Ia cukup takjub karena waktu terasa begitu cepat berlalu. Kini jarum jam menunjukkan pukul 11 malam. Artinya ia dan Bebel menghabiskan berjam-jam untuk mengobrol.

"Kamu nyetir sendiri?" tanya Barra.

Bebel menggeleng, "saya sama sopir," jawabnya.

Barra mengangguk. Mereka beranjak dari duduk masing-masing setelah Barra selesai membayar makan malam. Keduanya melangkah ke parkiran. Bebel tidak melihat mobil milik ibunya yang tadi jelas terparkir tak jauh dari pandangannya.

Bebel mendial nomor sopir sembari menoleh pada Barra. "Mas Barra duluan aja," suruhnya.

Barra mengangguk. Ia berlalu menuju mobilnya dan Bebel terus mencoba menghubungi sang sopir yang belum juga menjawab panggilannya.

"Ke mana sih? Apa aku naik taksi aja? Udah jam sebelas juga," gumam Bebel. Ia lelah dan sekarang harus menunggu begini pula.

Bebel mengangkat pandangan dan melihat sebuah taksi mendekat. Ia melambaikan tangan bersamaan dengan sebuah mobil sedan mewah mendekatinya.

Barra menatap Bebel yang melangkah menuju sebuah taksi. Ia keluar, lalu memanggil Bebel yang sontak menoleh dengan bingung. Bebel kira Barra sudah pergi sejak tadi.

"Sopir kamu ke mana?" tanya Barra. Ia meminta sopir taksi untuk berlalu setelah mengucapkan kata maaf.

"Gak tahu, Mas. Saya telpon gak diangkat. Tadi parkir di situ," tunjuk Bebel.

"Saya antar. Ayo masuk," tawar Barra.

"Tapi ini udah malam dan rumah kita juga gak searah. Mas Barra bisa bolak-balik," jelas Bebel tidak enak.

"Gak papa. Ayo," Barra membuka pintu mobil untuk Bebel. Pria itu menunggu Bebel masuk dan duduk dengan benar sebelum menutup kembali pintu mobilnya.

Bebel merasakan jantungnya berdetak tak karuan. Selama ini ia menjalin hubungan dengan beberapa pria tidak pernah diperlakukan seperti ini. Hal kecil yang mungkin bagi orang biasa saja, tapi bagi Bebel spesial. Membukakan pintu, misalnya.

"Seatbelt, Bel," kata Barra.

***


Tebak, ini anak siapaaaaaa si Barra?

End hari ini?💆🏻‍♀

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Where stories live. Discover now