Painful Love - Arisha

22.9K 1.8K 45
                                    

Terluka dan kembali sembuh adalah 2 hal yang selalu dihadapi oleh orang-orang tulus. Bahkan, saat ia berusaha sembuh pun, tidak ada yang membantu. Lukanya diberi. Tapi sembuhnya usaha sendiri.

Arisha Luana. Wanita 27 tahun yang pernah terluka karena cinta, lalu kini kembali terluka lagi karena dibenci oleh keluarganya. Wanita yang akrab disapa Asha itu memilih merantau ke kota untuk menjauhi keluarga yang membuatnya merasa kecil dan hina. Padahal, Asha membayangkan kalau keluarga lah yang akan maju paling depan saat ia terluka. Ternyata malah sebaliknya. Malah mereka yang memberi luka itu.

Terhitung sudah 7 tahun Asha tidak lagi berkumpul dengan keluarga baik dari pihak ibu maupun pihak sang ayah. Terhitung selama itu pula ia tidak pernah lagi kembali ke kampung halaman. Kadang Asha merasa sedikit tenang saat ia hidup sendiri seperti ini tanpa memikirkan siapa pun yang menjadi alasannya agar kembali ke tempat asalnya. Karena orangtuanya juga sudah tidak ada.

"Ma, Pa, maaf ya Asha gak bisa balik buat sekadar lihat makam Mama sama Papa. Asha takut," ujar Asha.

Asha menatap sebuah bingkai berisi potret dirinya sendiri dan kedua orangtuanya di hari kelulusan Asha sebagai siswi sekolah menengah atas beberapa tahun lalu.

Meskipun 7 tahun sudah berlalu, Asha sering kali dihantui oleh rasa takut akan kembali dan bertemu dengan keluarganya. Memang benar yang dikatakan teman kerjanya, Asha memiliki trauma dan harus ditangani lebih cepat sebelum nanti semakin parah. Tapi Asha tidak mau melakukannya. Asha merasa hal itu wajar saja dan ia tidak perlu tindakan apa pun. Asha yakin ia akan sembuh dan terbiasa dengan sendirinya seiring berjalan waktu.

Ponsel Asha yang berada di atas kasur berdering nyaring. Asha tahu siapa yang memanggil karena nada deringnya berbeda sendiri. Meletakkan kembali bingkai foto di tangannya, Asha melangkah untuk meraih benda pipi yang berdering itu.

"Ya, Mas?"

"..."

"Sekarang? Oke aku siap-siap," kata Asha dengan senyuman malu-malu di bibirnya.

Asha bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kencang saat ini. Asha juga merasakan tubuhnya panas dingin jika membayangkan nanti akan dikenalkan pada keluarga besar Abib. Pria yang 2 bulan ini dekat dengannya.

Dengan hati yang dipenuhi bunga-bunga, Asha melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Padahal ia sudah mandi 2 jam yang lalu, tapi ia ingin mandi lagi agar tubuhnya kembali segar dan tidak bau keringat.

Tinggal jauh dari keluarga bukan berarti membuat Asha menjadi wanita yang bebas dan liar. Asha wanita baik-baik yang sangat pintar menjaga diri. Meskipun beberapa temannya ada yang terjebak pergaulan bebas di sini, Asha tidak boleh mengikutinya. Berteman boleh, bodoh jangan. Itulah yang selalu Asha tanamkan dalam dirinya.

Usai bersiap dengan penampilan seadanya, Asha keluar dari kamar dan duduk di sofa ruang tamu apartemennya. Ia memang sengaja siap lebih awal agar saat Abib tiba, pria itu tidak menunggu lama.

Tak menunggu lama, bel apartemen Asha berbunyi. Asha beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu. Senyum Asha melebar seketika saat menatap wajah Abib. Meski pria itu tidak terlalu tampan, tapi ia baik dan murah senyum.

"Sudah siap?"

Asha mengangguk. Abib tersenyum dan mengulurkan tangan. Asha keluar dari apartemen dan mengunci pintunya. Ia dan Abib berjalan sambil bergandengan tangan menuju lift.

"Nanti bakalan ramai ya, Mas?" tanya Asha mulai deg-degan.

"Enggak kok. Ini keluarga dekat aja. Belum semuanya," jawab Abib.

Asha ingin merasa lega mendengar itu, tapi ia tidak bisa. Jantungnya tetap saja berdetak tak karuan membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

***

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora