It's Yours

42.6K 2.9K 117
                                    

Ketika 2 sahabatnya sudah menikah, Kezia masih betah dengan status 'jomlo' nya. Berbeda dengan Latika yang memilih pasangan lebih tua, Brindha memilih yang seusianya, maka Kezia lebih suka berondong muda.

Sayang, sampai sekarang si berondong belum menampakkan batang hidungnya. Bahkan Kezia sangsi kalau masih ada pria muda yang tertarik pada wanita seusianya, 30 tahun.

"Lon, dipanggil bos," ujar suara yang tiba-tiba saja sudah dekat dengan telinga Kezia.

Kezia jelas terlonjak. Ia menoleh dengan kesal. Kalau saja orang yang membuatnya terkejut itu tidak sedang berbadan dua, mungkin Kezia tidak akan segan-segan memukulnya.

"Gue harap anak lo mirip gue, Lon," kata Kezia sembari berdiri dari duduknya.

"Amit-amit!" seru Brindha, salah satu sahabat Kezia.

"Semua anak gue harus mirip bapaknya. Biar tuh laki makin bucin," lanjut Brindha sembari mengusap perut buncitnya.

Kezia terkekeh mendengar ucapan Brindha. Ia berjalan lebih dulu memasuki ruangan bos besar diikuti oleh Brindha di belakangnya.

"Ya, Pak?"

"Ini ada yang salah, Kezia. Coba kamu cek teliti lagi. Kolega kita kali ini orangnya cukup ribet dan bikin pusing. Kesalahan kecil aja bisa diperpanjang puluhan tahun ke depan."

Kezia meringis mendengar bosnya mengoceh. Dengan langkah pasti ia mendekat dan mengambil kembali sebuah map di atas meja.

Kezia menoleh pada Brindha yang kini berdiri di sebelahnya. "Loh? Salah? Itu aku yang bikin," katanya tiba-tiba.

"Bri, stop ikut campur kerjaan Kezia. Aku tahu kalian sahabatan dari zigot. Tapi kamu punya kerjaan sendiri. Mijit aku misalnya."

"Dih," Brindha mengambil alih map di tangan Kezia.

"Biar gue benerin. Lo ke bawah aja. Udah jam istirahat juga."

Kezia bingung harus patuh pada Brindha atau Dana. Masalahnya, bos Kezia adalah Dana. Tapi titah Brindha melebihi titah bos besar.

Kezia menatap Dana. Pria itu tahu keresahan yang sekretarisnya alami. Anggukan pelan ia berikan sehingga Kezia tersenyum lebar. Dana kan bucin. Takut pada Brindha, si macan tutul.

"Nitip gak?" tanya Kezia pada Brindha.

"Gak. Ntar dia yang gue suruh kalau mau apa-apa."

"Duduk sini, biar aku yang di sana," kata Dana pasrah sembari berdiri dan menunjuk kursi kebesarannya, lalu ikut menunjuk meja kerja Brindha di sebrang sana.

Kezia dan Brindha tertawa puas. Dana memang objek yang paling tepat untuk Brindha bully.

"Gue duluan," ujar Kezia berlalu meninggalkan dua pasangan suami istri itu.

Usai mengambil ponsel di atas meja kerjanya, Kezia melangkah menuju lift. Ia akan makan siang di kantin perusahaan saja. Kezia malas bergabung dengan kemacetan jalan raya siang hari begini.

"AW!"

Kezia berteriak saat seseorang menabrak tubuhnya hingga jatuh terduduk. Kepalanya mendongak dengan tatapan tajam. Sialan.

"Lo buta, hah?!"

"Lo yang buta. Jalan nunduk. Giliran kayak gini nyalahin orang."

Kezia kesal. Lagian siapa pria tengil ini? Baru pertama kali Kezia melihatnya di perusahaan. Ia bangkit dan berdiri dengan menantang. Tinggi mereka hampir sama sehingga Kezia tidak perlu mendongak.

"Apa?"

Kezia membelalak. Tidak ada yang sesongong ini di perusahaan selama ia bekerja di sini.

"Lo anak baru belagu ya." Kezia jelas kesal melihat pria di depannya ini. Bukannya minta maaf, malah mengajaknya gelud.

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Where stories live. Discover now