Satria (End)

21.9K 2K 80
                                    

Nadin masih tersenyum lebar saat ia berbalik dan Satria berdiri di ambang pintu kamar dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. Spontan tangan Nadin turun begitu saja dengan ponsel yang masih menyala. Dari jaraknya yang tidak terlalu jauh, Satria bisa melihat nama yang tertera di sana.

"Aku kira kalian udah lama gak komunikasi. Tapi mustahil. Karena obrolan kalian akrab banget sampai bikin rencana luar biasa."

Nadin mundur selangkah saat Satria berjalan masuk ke dalam kamar. "Kamu salah paham. Aku gak kayak--"

"Mungkin aku udah lama gak punya ibu kalau gak bawa kamu keluar dari rumah itu."

Satria tersenyum tipis. Ia duduk di tepi kasur, lalu menatap Nadin dengan pandangan dingin. Wanita yang Satria nikahi 2 tahun lalu benar-benar berubah dan tidak ia kenali. Kalimat jahat Nadin seolah menamparnya dengan keras.

"Sebenci itu kamu sama Mama?" tanya Satria tak habis pikir. "Mama mungkin emang gak suka sama kamu. Tapi Mama merestui kita sampai sekarang karena Mama lebih mementingkan kebahagian aku ketimbang rasa gak sukanya ke kamu. Bahkan kamu gak menghargai Mamaku sejak awal ketemu dia. Sebelum kita nikah, Nadin. Kamu kira aku gak tahu perlakuan kamu selama ini ke Mama?"

Satria terpaksa membuka ingatan menyakitkan ketika asisten rumah tangga di rumah orangtuanya mengatakan kalau Nadin pernah membentak ibunya hanya karena ibunya tak sengaja memberikan Nadin mangga yang asam. Saat itu Nadin berkunjung ke sana karena ia tiba-tiba ingin memakan mangga yang ada di halaman belakang rumah mertuanya tersebut.

"Oh, aku tahu. Wanita tua itu ngadu ke kamu? Dan kamu percaya gitu aja? Aku istri kamu! Aku yang harus kamu percaya bukan wanita tua bangka itu!"

Satria sontak berdiri dan melayangkan satu tamparan keras mengenai wajah Nadin. Rahang Satria mengeras begitu saja dengan sebelah tangan terkepal kuat. Ia benci siapa pun yang menghina ibunya. Nadin tidak berhak mengatakan hal jahat tentang wanita yang melahirkannya.

"Aku kenal kamu baru 5 tahun. Dan aku menjadi anak ibuku sudah 35 tahun. Kamu kira aku bakal lebih percaya siapa? Kamu? Wanita yang berencana membunuh ibuku?!"

Nadin balas menampar wajah Satria sama kerasnya dengan apa yang pria itu lakukan tadi.

"Kamu kira aku bertahan selama ini karena apa? Karena aku cinta sama kamu? Yang benar aja." Nadin maju selangkah, lalu menekan dada Satria dengan telunjuknya.

"Aku bertahan sama kamu selama 5 tahun ini karena aku ingin membalas dendam ibuku yang mati tertabrak karena wanita tolol yang melahirkanmu!" teriak Nadin tak terkontrol.

Satria terdorong beberapa langkah saat Nadin menghajar dadanya dengan pukulan bertubi-tubi. Air mata Nadin bercucuran. Ia terisak dengan kuat dan tubuhnya ikut terguncang hebat.

"Aku membenci ibumu! Aku membenci wanita sialan itu! Aku membenci semua hal yang ada padanya! Termasuk dirimu!"

Nadin berlalu begitu saja sembari membanting pintu kamar. Satria kembali terduduk di tepi kasur dengan tatapan kosong ke arah lantai. Semua kalimat Nadin terekam jelad di kepalanya.

"Gak. Gak mungkin."

***

Nadin memilih menginap di rumah temannya. Ia tidak tahu kalau hari terburuk di hidupnya selain kehilangan seorang ibu adalah hari ini. Hari di mana Satria mendengar ucapan jahatnya. Sungguh, Nadin tidak berharap pria itu tahu rencana liciknya. Nadin hanya mengatakan hal yang ingin ia lakukan sejak lama. Nadin tidak benar-benar akan membunuh wanita itu.

"Nad, udah. Satria bukan pria yang tepat buat lo. Gak usah ditangisin."

"Gue sayang sama dia, Mir. Gue tahu gue cacat. Tapi--"

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang