Forced Love

43.3K 3K 113
                                    

Terlahir dari keluarga yang berkecukupan tidak menjadikan seseorang merasa cukup. Cheli mengalaminya.

Ia lahir dan besar di keluarga berada. Kedua orangtuanya pengusaha. Tapi ia hidup hanya berdua dengan pengasuhnya sejak umur 3 tahun.

Cheli pernah menanyakan kepada neneknya kenapa ia lebih dekat dengan pengasuhnya ketimbang orangtunya. Neneknya pun bercerita tentang dulu sang ayah hampir berselingkuh karena sering bepergian jauh bersama sekretarisnya.

Lalu sang ibu merelakan Cheli yang saat itu berusia 3 tahun diasuh oleh orang lain demi menyelamatkan rumah tangganya. Ibu Cheli memilih untuk selalu ikut dengan suaminya ke mana pun setiap ada pekerjaan.

Syukurnya setelah hal itu, hubungan orangtua Cheli semakin harmonis. Tapi mereka melupakan ada seorang anak yang membutuhkan sosok keduanya.

Hingga Cheli dewasa, ia sangat jarang bertemu dengan kedua orangtuanya. Kadang dalam 1 bulan hanya sekali. Saat ulang tahun dan acara pentingnya pun, Cheli tidak pernah didampingi.

Hanya ada hadiah yang rutin dikirim. Cheli tidak butuh hadiah barang-barang mahal. Ia butuh sosok orangtuanya berkumpul bersamanya di rumah.

"Bu, aku pergi dulu, ya," pamit Cheli pada pengasuhnya.

Wanita 26 tahun itu melangkah keluar rumah setelah mendapatkan anggukan serta senyum lembut dari wanita yang sejak 23 tahun lalu mengasuhnya.

"Besok gue nikah, tapi berasa gak ada acara spesial apa pun."

Hari ini Cheli punya janji temu dengan sahabatnya, Momo. Wanita itu membawa kabar bahagia. Momo diterima bekerja di perusahaan besar. Tentu saja Cheli harus memberinya selamat.

Cheli tiba di kafe miliknya. Wanita itu menatap Momo yang duduk melamun di sofa paling pojok.

"Mo, ngelamun?"

Wanita bernama Momo itu menghela napas dan menatap Cheli yang kini sudah duduk di depannya.

"Kalau seandainya gue gak datang di nikahan lo, gak papa, kan?" tanyanya sedikit bimbang.

"Mo, plis. Pernikahan gue gak sepenting itu. Kesempatan lo gak datang dua kali. Lagian, kalau gue nikahnya sama orang yang gue cintai, gue pasti nahan lo di sini. Tapi karena ini pernikahan paksa, gue gak masalah."

Cheli menikah karena terpaksa. Kalau bukan ini wasiat dari orang yang sudah mati, Cheli mana mungkin mau menikah dengan pria secuek Gara, calon suaminya.

"Tapi gue gak enak banget ini."

"Gue paham situasi lo, Mo. Udahlah. Gak usah pusing mau gimana. Lo harus pergi. Gue gak mau lo nyesel karena buang-buang kesempatan besar ini."

Momo menghela napas. "Abel gimana? Dia ada ngabarin lo?"

Cheli menggeleng pelan, "gue jarang komunikasi sama dia semenjak kejadian itu. Gue gak mihak siapapun, Mo. Tapi di sini, yang butuh support penuh itu lo. Abel gak akan terlalu ambil pusing. Kalian sama-sama korban."

"Gue gak nyangka Ryon bakal setega itu," gumam Momo dengan raut wajah sedih.

"Udah. Lupain cowok brengsek kayak dia. Ini udah mau enam tahun. Kita gak harus bahas dia lagi."

Cheli selalu merasa sakit hati setiap mereka membahas pria brengsek yang menyakiti Momo. Walaupun pria itu juga sahabatnya, tapi Cheli tidak terima Momo disakiti.

Momo mengangguk, "pokoknya selamat buat pernikahan lo, Chel. Ntar kalo udah dapet gaji pertama, gue bakal kirim kado mahal."

Cheli berdecak. "Gue mau kadonya kabar bahagia dari lo. Nemu laki baru atau apa pun itu."

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Where stories live. Discover now