Cheesecake 4

20.2K 2.6K 52
                                    

Wolf memasuki sebuah kediaman mewah yang dilindungi oleh pagar tinggi menjulang. Pintu gerbang tinggi itu terbuka secara otomatis saat plat kendaraan yang berada di depannya dikenali oleh sensor canggih.

Mobil Wolf melaju masuk dan terparkir rapi di sebelah mobil mewah milik sang tuan rumah. Wolf bersiul dengan senyum merekahnya ketika ia melangkah masuk ke dalam hunian bagai istana itu.

"Wolf, kamu bikin masalah," ujar seseorang sebagai sapaan bagi Wolf.

Wolf menoleh dan semakin melebarkan senyumnya saat melihat pemilik suara merdu itu. Ia mendekat dan mencium pipi orang tersebut dengan lembut.

"Masalah? Apa?"

"Karangan kamu berhasil membuat Adonia menangis ketakutan. Dia minta pindah sekolah karena kepala sekolah pria cabul," jelas wanita itu.

Wolf tersedak air ludahnya. Ia memelototi wanita di depannya dengan otak yang mendadak blank. Cabul? Memangnya Wolf melakukan apa?

"Leopard menelpon Papa mu dan menanyakan kebenaran atas karangan murahan mu itu. Anak nakal!"

Wolf meringis saat lengannya ditepuk cukup kencang oleh wanita yang melahirkannya itu. Belum lagi ia juga dijewer dengan gemas oleh sang ibu.

"Papa bilang apa? Jangan bilang kalau acara nanti malam batal?"

Ibu Wolf mendengkus. Ia meraih ponselnya di atas meja, lalu mendial nomor seseorang dan bicara sembari menajuhi Wolf.

Wolf mengacak kesal rambutnya. Ia teringat Oni dan kondisi perempuan itu. Apa Oni benar-benar menangis ingin pindah sekolah? Sial. Wolf kan hanya bercanda. Kenapa perempuan itu berpikir hal serius mengenai tawaran Wolf?

Oni terlalu polos.

***

"Oni, ayo," ajak seorang wanita yang masih sangat cantik meski sudah memasuki usia 40 tahun.

"Mami, aku makan di kamar aja ya?"

"Kenapa? Gak enak badan?"

Oni mengangguk. "Lemes."

"Oke. Mami suruh Mbak anterin makanan ya."

Oni mengangguk lagi. Ia masih setia bergelung di dalam selimut yang menutupi tubuhnya hingga ke batas leher. Oni memikirkan segala keputusan yang sudah ia ambil. Oni akan pindah sekolah. Ini semua Oni lakukan demi keselamatan dirinya dan rumah tangga Wolf.

Bagi Oni, masalah ini bukan hal sepele. Oni tidak mau nanti malah khilaf dan benar-benar menerima tawaran gila pria bernama Wolf itu.

"Kamu sakit?"

Kepala Oni menoleh begitu cepat saat mendengar suara yang ia kenali. Ditambah lagi orang itu kini berjalan mendekat padanya dengan nampan berisi makanan di salah satu tangannya.

"B--Bapak ngapain di sini?!" seru Oni panik.

"Jenguk kamu lah."

"Mami!" teriak Oni ketakutan.

"Mami!" ulangnya lagi dengan nada yang lebih tinggi.

Wolf meringis mendengar suara cempreng Oni yang memekakkan telinga. Ia meletakkan nampan di tangannya ke atas nakas, lalu membekap mulut Oni.

"Adonia, stop," desis Wolf.

Oni memukul kesal lengan Wolf yang membekap mulutnya. Ia membelalak kala Wolf kini menindihnya. Wajah mereka begitu dekat. Kalau saja mulutnya tidak terhalang tangan Wolf, Oni yakin mereka akan berciuman.

"Oni?"

Suara seseorang memanggil dari luar. Wolf memutar bola mata karena tahu suara itu adalah milik ibunya. Sedangkan Oni mengerjap sebelum menggigit kuat telapak tangan Wolf.

"Siapa pun tolong! Ada orang mesum cabul di sini!" teriak Oni yang membuat Wolf pusing seketika.

"Ma, aku di dalam. Jangan masuk," sahut Wolf memberi peringatan.

"Adonia, kita harus bicara."

"Gak! Bapak mesum! Cabul!"

"Dengar. Saya--"

"Mami! Papi! Tolong!"

"Shit," desis Wolf sembari membungkam bibir Oni dengan bibirnya.

***


Maap, kelupaan up💆🏻‍♀

Besok aku up part end sekalian cerita baru ya💦

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Where stories live. Discover now