Sincere Love

48.1K 3.7K 107
                                    

Di usia belianya, Mirabelle harus kehilangan keutuhan keluarga. Ia kehilangan sosok ayah yang setiap hari membuatnya tertawa meski hanya lewat telepon saja. Lalu, ia juga kehilangan senyum cerah sang kakak karena keegoisan orangtua mereka.

Wanita yang disapa akrab dengan Abel itu kini sudah dewasa. Mungkin bagi orang di umurnya ini dia masih remaja tanggung. Tapi bagi Abel, memasuki jenjang perkuliahan, ia sudah merasa menginjak usia dewasa.

Seperti yang selalu Abel harapkan, ia ingin hidup bahagia seperti kakaknya, Naljja. Karena dulu, ketakutan terbesar Abel adalah menikah dan berkeluarga. Abel takut ia mengikuti jejak keegoisan orangtuanya. Abel takut ia menjadi single parent seperti ibunya. Dan Abel juga takut ia menularkan rasa iba yang selama ini ia pendam pada anaknya kelak.

Tapi, setelah melihat kehidupan bahagia Naljja, Abel yakin kalau setiap manusia diciptakan dengan kadar masalah berbeda. Takdir mereka tidak sama. Setidaknya, penjelasan dan perhatian yang selalu Naljja berikan padanya membuat Abel membuang jauh-jauh keinginan untuk tidak menikah.

Abel ingin menikah. Tentunya dengan pria yang mencintainya dan juga ia cintai. Tapi, lagi-lagi takdir tidak berkehendak sesuai keinginannya.

Malam ini, Abel sedang duduk diapit oleh ayah dan ibu tirinya, Chloe. Abel tidak pernah membayangkan ada di posisi ini. Apalagi dihadapkan dengan 2 orang dewasa di depan sana.

"Dek, Papa gak pernah maksa kamu untuk melakukan apa pun. Semua kebahagiaan kamu Papa serahkan ke kamu. Kamu yang jalani. Sama kayak Mbak, Papa gak pernah ikut campur sama urusan percintaan kalian. Malam ini pun, Papa serahkan semuanya ke pilihan kamu."

Abel menghela napas. Cukup lama ia diam dan menunduk sambil memainkan jemarinya di atas paha. Chloe yang duduk di sebelahnya mengusap punggung Abel dengan lembut.

"Kalau gak mau, bilang gak mau, Dek. Aku tahu kamu masih sangat muda. Masih kuliah juga. Sedang masa-masanya nikmati waktu muda."

Abel menggigit bibir sebelum mengangguk, "Abel mau," katanya tegas.

Kedua orangtuanya cukup takjub dengan pilihan yang Abel ambil. Chloe kembali mengusap punggung Abel, memberikan efek menenangkan dari rasa gugup yang menyerangnya.

"Kamu yakin?" tanya Chloe memastikan.

"Abel yakin, Tan. Mungkin ini jawaban dari do'a-do'a Abel selama ini. Abel mau pacaran, tapi Tuhan kasih nikah muda. Berarti pacarannya halal, kan?"

"Pinter banget. Tante gak pernah salah nilai orang, Bel. Sekarang Tante makin gak mau Abel jadi punya orang lain. Harus jadi punyanya anak Tante," puji wanita paruh baya di depan Abel.

Abel tersenyum. "Makasih, Tante. Abel pasti butuh banyak bimbingan Tante ke depannya. Abel... Gak tahu apa-apa soal anak Tante."

Wanita itu mengangguk mendengar ucapan Abel. "Tenang aja, Bel. Anak Tante gak ribet kok orangnya. Asal perutnya kenyang aja, dia anteng."

"Wah, pas banget. Putriku pinter masak," puji Chloe yang diangguki oleh ayah Abel.

"Enggak sejago Tante Chloe," sangkal Abel malu.

"Boleh nanti kita sharing resep masakan, ya, Bel. Ajak Naljja juga pasti seru," kata wanita yang datang melamar Abel itu.

"Boleh, Tan," balas Abel semangat.

Ayah Abel tersenyum dan mengusap rambut putrinya. Di usia Abel yang ke 20 tahun saat ini, pemikirannya sungguh dewasa. Dan sampai saat ini, pria itu masih mempertanyakan kenapa Abel mau tinggal bersamanya dan Chloe. Padahal dulu Abel begitu menolak.

***

"Mbak, gak sakit, kan?"

Naljja yang tengah melipat pakaian anaknya terkekeh geli melihat raut wajah menggemaskan sang adik.

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Where stories live. Discover now