Intoxicating Love - Fairel

18.8K 2.2K 65
                                    

"Fai, kapan kamu mau nikahin Zetta?"

"Nanti, Ma."

"Nanti kapan?"

"Ya, nanti. Sabar aja."

"Bulan lalu Mama tanya jawabnya nanti. Sekarang sama. Sebenarnya kamu beneran serius gak sih sama Zetta? Kalian udah tunangan 1 tahun, Fai. Pamali kalau terlalu lama."

"Ma, aku banyak kerjaan sekarang. Kalau harus sibuk ngurus pernikahan segala macem, aku gak bisa. Kecuali kalau Zetta mau urus sendiri tanpa ganggu waktu kerja aku, silakan."

"Menikah itu dua orang, Fai. Repotnya berdua. Pusingnya berdua. Senangnya nanti juga berdua, kan?"

"Iya. Tapi sekarang gak bisa, Ma. Aku bakal sibuk bolak balik ke lapangan mantau langsung proyeknya. Bisa seminggu di luar kota atau lebih."

"Tapi Zetta kasihan, Fai. Dia terlalu lama nunggu kamu yang enggak sibuknya entah kapan."

"Mama aja yang terlalu musingin Zetta. Dia anteng aja kok."

"Kamu tuh ya. Perempuan makin berumur makin kepikiran. Gak bakal tenang. Mama bisa nilai gelisahnya Zetta dari mukanya. Peka dong, Fai."

Fairel Athariz Calief , pria 41 tahun yang selalu dituntut oleh ibunya untuk segera menikah dan memiliki anak. Mungkin tahun lalu Fairel masih bisa tenang ia memilih seorang wanita secara mendadak untuk dibawa bertemu ibunya. Mereka bertunangan dengan berbagai kesepakatan yang menurut Fairel lebih menguntungkan pihak wanita. Tapi Fairel tidak mempermasalahkan itu selama ibunya juga senang.

Lalu kini setelah 1 tahun berlalu, ibunya kembali merecokinya dengan tuntutan menikah. Ternyata pertunanganan saja tidak cukup membuat ibunya puas.

"Aku pergi dulu, Ma."

Fairel mencium punggung tangan ibunya. Wanita 65 tahun yang masih sangat segar dengan garis kecantikan yang tak luput dari wajahnya itu hanya bisa menghela napas panjang. Ia harus banyak menyabarkan diri.

"Semoga Zetta masih bisa nunggu kamu," gumam wanita itu.

Fairel memasuki mobil. Saat hendak menyetir, ponselnya berdering. Nama Zetta terpampang di sana. Fairel mendengkus. Wanita itu seolah tahu saja namanya sering dibahas dan langsung menghubunginya.

"Hm?"

"..."

"Saya harus ke kantor. Kamu bisa pergi sendiri atau ajak temanmu," balas Fairel saat sang tunangan meminta ditemani ke acara reunian bersama teman kuliahnya.

Fairel bertemu Zetta setahun yang lalu di sebuah hotel. Wanita itu bekerja di sana sebagai resepsionis. Fairel akui kalau ia memilih Zetta karena wanita itu cantik dan menarik. Tipe yang Fairel inginkan. Dan entah kebaikan apa yang ia perbuat, Zetta juga tertarik padanya. Seminggu berkenalan, Fairel membawa Zetta bertemu ibunya. Seminggu setelahnya, mereka bertunangan.

Zetta Almira, wanita 28 tahun yang lahir dari keluarga sederhana dan hidup seorang diri karena kedua orangtuanya sudah tiada. Zetta bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Hidup Zetta berubah saat ia bertemu Fairel. Zetta diberi uang yang lebih dari cukup untuk hidupnya berbulan-bulan ke depan. Zetta bahkan tidak memusingkan apa pun lagi. Apartemen newah yang dulu ia impikan kini sudah ia miliki. Fairel yang membelikannya. Tentunya dengan kerja yang seimbang. Zetta harus menjadi tunangannya selama 15 bulan.

"Ta, lo pergi sama siapa ntar malem?" tanya Zizi, rekan kerja Zetta yang juga teman kuliahnya.

"Gak tahu. Kayaknya gue gak pergi deh."

"Kenapa? Om lo gak ngasih izin?" goda Zizi.

Zetta mendengkus. Zizi selalu mengejeknya karena menerima Fairel menjadi tunangan meski usia mereka terpaut belasan tahun. Zetta tidak menyangka kalau umur pria tampan yang mengajaknya berkenalan di hari pertama bertemu itu sudah kepala empat. Zetta kira ia masih di 30-35 tahun.

"Gak ada temen. Mas Fai sibuk banget," keluh Zetta.

"Sama Fian aja. Dia kan udah lama naksir sama lo."

"Gak ah. Ntar dikira gue mainin dia lagi."

"Enggaklah. Fian juga tahu kali kalo lo udah tunangan. Lagian cuma temen pergi doang. Sesekali. Pas lo nikah nanti juga gak bakal bisa lagi bebas pergi. Pasti sama laki lo."

Zetta terdiam. Setahun berlalu membuat Zetta menyadari perasaannya. Tidak lagi sekadar suka atau kagum pada sosok Fairel, tapi Zetta mencintai pria itu. Mungkin Fairel tipe yang susah diajak pergi ke acara-acara tertentu. Tapi pria itu baik dalam memperlakukannya. Fairel juga sopan dan menjaganya.

Hanya saja, Zetta ragu pada hubungan mereka. Ia tidak tahu kalau Fairel memiliki perasaan seperti apa padanya selain rasa ketertarikan semata karena parasnya. Perjanjian 15 bulan pun akan segera berakhir. Setelah itu bagaimana? Apa mereka akan menjadi orang asing kembali? Apalagi Zetta sudah menyayangi ibu Fairel seperti ibunya sendiri. Wanita yang melahirkan Fairel itu sungguh baik dan penyayang.

"Gue pikir dulu deh," Zetta menatap ponselnya. Ia memang sudah mengajak Fairel pergi bersamanya. Tapi pria itu menolak dan menyuruhnya pergi dengan temannya.

Di kantor, Fairel fokus memperhatikan layar komputer. Dahinya sesekali mengernyit saat ada angka yang tidak sesuai dengan prediksinya pada tabel yang ia lihat. Bibirnya juga berdecak pelan ketika ia melewatkan sesuatu pada pandangannya.

"Kenapa jadi turun begitu? Bukankah seharusnya naik dari bulan lalu?"

"Benar, Pak. Tapi perusahaan X lebih dulu launching dan itu mempengaruhi persen perusahaan kita."

Fairel merasa kesal dan menyuruh sekretarisnya untuk memberi tahu tim yang bertanggung jawab untuk proyek kali ini agar segera mengatur rapat. Fairel ingin strategi perusahaan mereka diubah. Setelah sekretarisnya keluar, seorang wanita masuk dan menatap Fairel dengan lelah.

"Saya rekomendasikan kita pakai strategi awal, Pak. Saya yakin itu akan berpengaruh dan memperbaiki persen perusahaan."

"Saya gak butuh masukan kamu, Ren."

"Fai, dengar. Ini menyangkut keuntungan perusahaan. Jangan libatkan masalah eksternal di sini. Kita bisa profesional."

Fairel menatap wanita yang berdiri di depannya dengan dingin. Profesional? Bukankah kata-kata itu harusnya Fairel yang lontarkan?

"Kalau kamu mau, aku bisa atur jadwal temu dengan beberapa donatur perusahaan X yang berpengaruh pada proyek ini. Perusahaan X masih baru. Kita lebih berpengalaman. Mudah bagi kita untuk mendapatkan perhatian jika kamu mau," jelas wanita itu panjang lebar.

Fairel tampak diam memikirkan setiap kalimat yang ia dengar. Kemudian kepalanya mengangguk dua kali dan wanita itu tampak berseri melihatnya.

"Kamu mau kapan? Besok?" tanyanya.

"Secepatnya. Kalau bisa malam ini."

Wanita itu semakin berseri dan bersemangat. Ia undur diri keluar dari ruangan Fairel dan langsung menghubungi koneksinya untuk mengatur jadwal temu nanti malam.

"Akan aku pastiin kamu balik ke aku, Fai," gumamnya dengan penuh harap.

Juy, wanita 38 tahun yang pernah dekat dengan Fairel. Ia tahu Fairel menyukai wanita cerdas yang menguntungkan. Ia akan memanfaatkan keahliannya kali ini untuk membuat Fairel terkesan. Mungkin dulu ia terlalu lengah sehingga Fairel terjerat resepsionis murahan seperti Zetta. Tapi kali ini Juy yakin, Fairel tidak serius dengan wanita muda itu. Buktinya Fairel belum juga siap menikah setelah 1 tahun bertunangan.

***





Coba vote dulu di IG Mami untuk kuis. Pilihan terbanyak yg bakal Mami pilih.

Lanjut gak nih?

Vote komen dulu yg rame!

Part Faiz salah up ya. Harus berurutan dulu dari Fairel, Faiz dan Satria terakhir. Sowry!

SHORT STORY 2021 - 2022 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang