dua puluh dua.

7.1K 811 129
                                    

Guanlin yang baru saja pulang pukul sebelas malam, sontak kaget ketika melihat suaminya tertidur di sofa depan. Ia hari ini memang tidak menghubungi Renjun sama sekali. Entah dirinya masih kesal atau karena kesibukannya.

Guanlin tadi siang hanya meminta tolong kepada Daehwi, asistennya untuk menghubungi Renjun jika dirinya akan pulang terlambat.

Guanlin menghela nafas pelan, ia kemudian meletakan tas kerja yang ia bawa di meja dan berjalan mendekat ke arah Renjun. Guanlin berlutut di samping Renjun, ia menyibak rambut Renjun yang menutupi sedikit wajahnya. Rambut suaminya ini sudah sedikit panjang, dan menurut Guanlin itu malah makin membuat Renjun terlihat semakin cantik.

Guanlin terdiam ketika merasakan sedikit hawa hangat dari kening Renjun. Dengan buru buru Guanlin kembali meletakan punggung tangannya di kening Renjun. Hangat, itu yang dirasakan Guanlin kini.

Guanlin menghela nafas berat, sudah di pastikan suaminya ini demam. Dengan hati hati Guanlin meletakan tangan kirinya di punggung Renjun, dan tangan kanan di lipatan kaki Renjun. Dalam satu hitungan, Guanlin berhasil menggendong Renjun.

Guanlin perlahan membawa Renjun menuju kamar mereka, namun sepertinya pergerakan Guanlin membuat Renjun terusik. Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga matanya bertemu dengan mata Guanlin.

"L-lin?"

"Hm?"

"Lo udah pulang? Sorry gue ketiduran"

"Hm"

"Turunin gue, lin. gue bisa jalan sendiri" ucap Renjun sedikit meronta hendak turun namun mendapat gelengan dari Guanlin.

Renjun akhirnya hanya bisa pasrah, mengeratkan pelukannya pada leher Guanlin dan membiarkan Guanlin menggendongnya hingga ke kamar. Sesampainya di kamar, Guanlin dengan perlahan membaringkan Renjun di ranjang.

"Udah makan?" tanya Guanlin

Renjun berfikir sejenak, kemudian menggeleng membuat Guanlin kembali menghela nafas pelan. Guanlin mendudukan dirinya di tepi ranjang samping Renjun.

"Kenapa gak makan?"

"Mmmm" Renjun mengulum bibirnya dan mengalihkan pandangnya

"Kenapa? Ingat, lo tuh gak sendiri. Di badan lo ada anak kita juga. Jangan egois sampai gak mau makan gitu. Badan lo sekarang agak anget"

Renjun langsung menatap Guanlin. "Lo pikir gue sengaja? Gue juga mikirin dedek! Tapi hari ini dia maunya lo yang nyuapin. Tapi apa? Lo bahkan gak ngehubungi gue sama sekali. Lo nyuruh Daehwi yang ngehubungi gue. Maksud lo gitu apa? Lo masih marah sama gue? Udah gue balikin itu duit dari Hyunjin" Renjun menghela nafas pelan, matanya mulai berkaca, "gue juga gak tau kalau Hyunjin yang bakal nolongin gue. Gue juga-"

Ucapan Renjun terhenti ketika Guanlin tiba tiba berdiri, menggulung lengan kemejanya dan keluar dari kamar.

"Anjing, lo lin!" umpat Renjun

Renjun tidak berniat menyusul Guanlin. Sudah lelah dia dan sudah enggan menambah kesal di dadanya. Kepalanya terlalu pusing hanya untuk memikirkan kemana Guanlin pergi.

Selang tiga puluh menit, Guanlin kembali masuk ke dalam kamar dengan membawa semangkuk bubur di nampan dan air putih. Guanlin memang tidak terlalu pandai memasak, namun dirinya tadi menemukan bubur instan di rak bahan makanan yang berada di dapur. Dengan mengikuti petunjuk di kemasan, jadilah seporsi bubur yang siap di santap.

Guanlin mendudukan dirinya di samping Renjun yang kembali tertidur. "Ren, bangun dulu, makan"

Renjun melenguh dan membuka matanya.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now