lima puluh delapan.

4.1K 558 27
                                    

Setelah Mark pergi, Guanlin langsung membawa Chenle yang masih tertidur dengan nyaman tanpa terganggu itu ke kamar mereka. Guanlin meletakan perlahan Chenle di samping Ayden.

"Wah, not bad ya yang kalau kita punya anak tiga"

Renjun yang hendak menutup pintu itu sontak menoleh. "Apa lo bilang?"

"Not bad kalau kita punya anak tiga"

"Iya ya lin? apalagi kalau lo yang hamil" balas Renjun sembari terkekeh dan mendudukan dirinya di samping kiri Ayden membuat Guanlin mencebik.

"Eh, gak cukup yang kalau gue tidur seranjang. Berarti kalau mau nambah anak ganti ranjang juga"

"Lah? Ngapain ganti? Ayden kan juga punya kamar sendiri"

"Oh iya bener juga. Rui kalau udah gede biarin sekamar sama kakaknya aja. Atau gak dia sama adeknya. Berarti kita harus bikin satu kamar lagi. Atau kita yang pindah kamar bawah ya?"

Renjun memutar bola matanya malas. "Serah lo dah lin. gue cuma bercanda ngapain di seriusin"

"Eh tapi gue gak mau deh yang kalau punya anak lagi"

Renjun mengerutkan keningnya. "Geseran dikit, gue mau peluk lo" lanjut Guanlin yang mendudukan dirinya disamping Renjun dan sedikit menggeser tubuh Renjun. Ia kemudian memposisikan dirinya memeluk Renjun dari belakang.

"Kenapa gitu?" tanya Renjun

"Lo dua kali hampir lewat karena ngelahirin kecebong gue. Dua anak ternyata udah cukup buat gue, sekarang gue maunya menua sama lo bareng anak anak kita"

Renjun terdiam, ia merasakan pelukan Guanlin mengerat. "Sehat sehat ya yang. Temenin gue sampai tua. Jangan pergi dulu sebelum gue yang pergi"

"Lin ah! Omongan lo ih!"

"Gue serius ini yang"

"Ya gue juga serius lin" Renjun berbalik, tangannya mengusap pelan pipi Guanlin. "Gue emang gak pernah nunjukin sayang gue ke lo, tapi gue tau lo rasain itu. Gue juga mau lo sehat terus lin, kurangin ngerokoknya, kurangin jajan di luar, kurangin pergi malemnya"

Guanlin terkekeh. "Lo juga, kurangin minumnya. Orang gak bisa minum sok sokan minum. Kayak bocil baru belajar minum lu"

Renjun berdecak, "Dulu kalau gue gak mabok, mungkin lo gak bakal tau gue suka sama lo dan mungkin kita gak kayak gini sekarang"

Guanlin terdiam sejenak, kemudian tertawa ia mengingat bagaimana dulu suaminya itu cemburu hingga mabuk dan berakhir mereka menjalin hubungan.

"Asli deh, dulu kalau gue gak cinta sama lo, pas lo muntah habis kita ciuman itu gue pasti turunin lo di pinggir jalan" ucapnya membuat Renjun terkekeh.

"Ya dasarnya lo bucin gue sih"

"Ciuman lagi yok. Tapi jangan muntah lagi hahahaha" lanjut Guanlin yang langsung menyambar bibir manis Renjun.

Awalnya hanya kecupan, namun seiring berjalan menjadi ciuman dalam, hingga tanpa sadar Renjun kini sudah di atas Guanlin. Tangan Guanlin bergerak mengusap pelan punggung Renjun, dari bawah hingga naik ke atas.

"Hikss.. amiiiii..."

Renjun dan Guanlin sontak terdiam dan langsung menoleh ke samping. Ia dapat melihat Chenle terduduk menangis sembari mengusap matanya.

Renjun segera turun dari tubuh Guanlin dan berjalan memutar menghampiri Chenle, ia mengusap pelan lengan Chenle. "Pwapiii junnn" lirih Chenle

"Iya sayang. Kenapa bangun?"

"Amina lele nana?"

"Aminya Chenle lagi jemput adiknya Chenle, besok pagi kita ketemu ya sama adiknya Chenle? Chenle malam ini tidur di rumah Ayden dulu ya?"

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now